Bukan,
gue bukannya berbentuk kotak, berwarna kuning dan memiliki hewan peliharaan
berupa keong racun. Tapi ini soal gue gak bisa nyetir mobil.
Sebenernya
dari dulu gue sudah disuruh belajar nyetir, tapi saat itu gue punya prinsip
kalo gue di masa depan bakal jadi koaya roaya, punya mobil banyak lengkap
dengan supir pribadi, jadi… buat apa bisa nyetir?
Iya,
gue emang gampar-able.
Selain
soal prinsip tadi, yang bikin gue males belajar untuk nyetir adalah karena
biaya kursus menyetir itu lumayan mahal. Kalo berusaha belajar secara gratisan
alias minta ajarin temen, gue takut dia belum ikhlas kalo mobilnya terbelah
menjadi 4 bagian saat gue pake latihan dan nabrak pohon.
Jadi,
biarlah gue gak bisa nyetir.
Tahun
pun silih berganti dan gue mulai ngerasa kok kayaknya gue kurang macho ya kalo
gak bisa nyetir mobil? Apalagi temen-temen gue yang cewek juga mulai banyak
yang bisa nyetir, masa gue sebagai cowok gak bisa nyetir sih? Masa gue
disetirin sama cewek sih? Masa gue harus selalu pura-pura cedera hamstring tiap
kali disetirin cewek sih? HARGA DIRI, BOS!
Belum
lagi dalam proses pencarian kerja seperti saat ini, skill apapun bisa menjadi poin plus saat proses interview. Termasuk
skill menyetir mobil. Gue pernah
waktu itu interview, awalnya proses interview berjalan lancar, hingga akhirnya
di akhir interview, beliau menanyakan
sebuah pertanyaan yang simpel, tapi kesannya menjatuhkan semua pencitraan yang
gue bangun selama proses interview tadi. Menghancurkan segala kesan yang sudah
gue bangun kalo gue bakal berguna di perusahaan itu.
“Kamu…
bisa nyetir mobil?” Tanya bapak-bapak yang ada di hadapan gue.
DEG!
“Saya
belum bisa nyetir, Pak.” Jawab gue pelan, disusul senyum sekenanya.
“Oh.
Oke.” Bapak pimpinan cabang itu mengangguk. “Terima kasih atas waktunya. Silakan
ditunggu hasil interviewnya, jika lolos kami akan hubungi lagi untuk tahapan
selanjutnya.”
Dari
nada bicara “Oh. Oke”-nya si bapak tadi gue tau kalo gue gak bakal lanjut. Gue
pun mengiyakan, mengucap terima kasih, lalu keluar ruangan diiringi perasaan
pesimis. Gue gak dapat golden ticket.
…dan
beneran. Hari demi hari berganti menjadi minggu, dua minggu terlewati dan tidak
ada panggilan untuk tes selanjutnya. Saat itu gue masih bener-bener belum
terima gue gagal lolos tes. Bukan karena apa, itu gue ngelamar posisi
administrasi keuangan, APA HUBUNGANNYA SAMA SKILL MENYETIR WOY?! LAGIAN DI
SYARATNYA GAK ADA TULISAN PERSYARATAN MUSTI BISA MENYETIR! JANGANKAN TULISAN
BISA MENYETIR, “MEMILIKI SIM C” AJA GAK ADA DI PERSYARATANNYA!
Kecuali
nih, gue ngelamar posisi driver, gue gak bisa nyetir, terus gak lolos, ya…
wajar. Lagian orang gak bisa nyetir ngapain ngelamar di posisi driver. Eh
gimana?
Berhubung
sekarang gue masih banyak waktu luang, akhirnya gue pun memberanikan diri untuk
latihan menyetir. Bersama kakak gue, kami mendaftar di sebuah LPK.
Bukan,
LPK-nya bukan kayak gambar di atas. Itu cuma ilustrasi.
Setelah
melakukan pendaftaran, kami memilih jadwal latihan. Kami berdua memilih jadwal
latihan yang fleksibel aja. Kalo lagi gak sibuk ya latihan. Kalo sibuk ya kasih
kabar, jangan tiba-tiba ngilang tanpa alasan. :)
*****
Hari
pertama latihan gue deg-degan setengah mampus. Gue sama sekali gak tau apa-apa
soal menyetir. Jangannya nyetir, cara nyalain mobil aja gue gak tau.
Satu-satunya yang gue tau adalah ban mobil itu ada empat. Ehe.
Di
sinilah gue, duduk di ruang tunggu, menunggu sang instruktur datang. Gue
bolak-balik liat jam, emang sih gue kecepetan 10 menit dari jadwal gue pukul 11
pagi. Makin berkurangnya waktu, makin deg-degan gue. Untuk mengurangi rasa
deg-degan gue nyoba ngobrol sama si Ibu pemilik LPK.
“Bu,
ini hari pertama langsung ke jalan? Biasanya ini rute latihannya ke mana?”
“Iya,
Mas. Terserah instrukturnya aja, tapi kalo masnya ini baru pertama biasanya
keliling sekitaran sini aja.”
Gue
hanya meng-ooohhh-kan jawaban si Ibu tadi.
“Oiya,
Maaf ya, Mas. Ini buku teori menyetirnya lagi habis, belum di-foto copy.” Lanjut
si Ibu LPK. “Nanti langsung dikasih tau aja sama instrukturnya pas di mobil,
daripada teori doang mending sekalian praktik, kan?”
“….”
Okey.
Gue akan naik mobil dengan 0% kemampuan dan pengetahuan.
“Sudah,
Mas. Jangan takut. Rileks aja.” Kata Ibu pemilik LPK yang sepertinya tau kalo
gue sudah mulai bayangin mobil mundur di tanjakan saat gue latihan nanti.
“Hehehe.
Iya, Bu.” Gue iyain aja, padahal mah mau nyoba serileks apapun, pasti tetep aja
takut.
“Pokoknya
kalo masnya rileks, dengerin apa kata instruktur, fokus, pasti cepet mahir.” Si
Ibu LPK kembali ngasih wejangan.
Gue
kembali mengiyakan disertai jurus menjawab tapi bingung mau jawab apaan: “Ehe”.
“Di
sini instrukturnya gak bakal membantu, tapi hanya mengarahkan sekaligus
mengawasi. Jadi nanti mas berusaha sendiri. Kalo dibantu terus ya gak
bisa-bisa, tapi tenang aja, Insya Allah aman.”
Gue
mencoba mencerna kata demi kata yang terlontar dari mulut si ibu LPK.
(((GAK
BAKAL DIBANTU)))
(((BERUSAHA
SENDIRI)))
(((TENANG
AJA)))
KAYAKNYA
GUE SALAH DEH NGAJAK NGOBROL IBU INI. GUE MALAH MAKIN TAKUT.
Di
saat gue lagi deg-degan maksimal begini, muncullah seorang cewek yang kayaknya berusia
lebih muda daripada gue, dia masuk dengan muka sedih dan nafas sedikit
tersengal, lalu dia menaruh kunci di atas meja, tempat si ibu pemilik LPK
duduk. Kemudian disusul seorang om-om bercelana pendek yang langsung melipir
masuk ke arah belakang gedung LPK, kayaknya sih itu dapur.
“Gimana
tadi? Lancar?” Tanya si ibu LPK ke cewek yang duduk di hadapannya. “Hari ketiga
latihan udah agak lancar dong?”
“ Tadi hampir nabrak motor…” jawab si cewek dengan nada sedih.
WANJER
HAMPIR NABRAK. UDAH LATIHAN TIGA KALI LOH ITU!
“…Dua
kali.” Lanjut si cewek tadi.
OH
GOD.
Gue
langsung speechless. Gue sudah sama
sekali gak fokus dengerin permbicaraan antara si Ibu LPK dengan cewek tadi.
Beberapa kali gue denger si Ibu LPK berusaha menenangkan dan menyemangati si
cewek.
Om-om
bercelana pendek tadi muncul. Gue tatap dia, dia natap gue. Kami saling
tatap-tatapan. Dari tampangnya gue tau si om ini kayaknya pendiam, jarang
senyum dan suka makan makanan bergizi.
“Ini
Mas Yoga mau latihan juga, Om.” Kata si ibu LPK. “Baru hari pertama.”
Si
om bercelana pendek mengangguk lalu berjalan menuju luar ruangan. “Yuk.”
Gue
mengambil kunci mobil yang tadi tergeletak di atas meja dengan ragu, lalu
menyusul si om bercelana pendek yang sudah berada di dalam mobil. Tangan gue
sudah di handle pintu, gue tarik nafas
panjang-panjang, mengucap basmallah, membuka pintu mobil lalu menodongkan
senjata api dan membawa kabur mobilnya.
YA
ENGGAKLAH.
Gue
masuk ke dalam dan duduk dengan tampang bloon. Lalu gue inget di film Sponge
Bob. Langkah pertama sebelum menyetir adalah: pakai sabuk pengaman! Gue segera
memasang sabuk pengaman.
“Ini
saya baru pertama lho, om.” Kata gue, pelan, berusaha mencairkan suasana,
sekaligus berusaha mempertegas kalo gue benar-benar buta soal mobil.
“Masukin
kuncinya.” Kata dia.
YA
ALLAH GUE GAK DIHIRAUKAN.
GUE
GAPAPA KOK. :’)
Daripada
gue dismekdon, dengan cekatan gue masukin kunci mobil ke lubang hidung omnya.
Ya enggaklah, gue masukin ke lubang kunci.
“Sekarang
coba injak kopling.” Kata dia, lagi.
“Ko-kopling
yang mana, Om?” IYA GUE EMANG BENER-BENER GAK TAU ANJER. JADI KALO DARI SINI
SAMPAI BAWAH GUE BANYAK NANYA YA WAJAR.
Kalo
kata seorang filsuf sih, “Wajar kalau orang gak bisa menyetir mobil
sepertimu banyak bertanya kepada instrukturnya.”
Lanjut.
“Kopling
yang paling kiri, tengah rem, kanan gas.” Si om langsung memberikan pencerahan.
Mendengar
penjelasan beliau, kaki kiri gue langsung menginjak pedal kopling. Suara besi
berdecit terdengar syahdu. Oiya, di bagian bawah kursi sebelah tempat sang
instruktur duduk ternyata juga ada pedalnya (kopling dan rem). Jadi, kalo gue
nginjek kopling, kopling di kursi sebelah juga bergerak. Hati gue sedikit lebih
tenang.
“Belum
full itu koplingnya.”
“Tapi
kaki saya sudah mentok, Om.” Kata gue, ragu.
“Berarti
kursinya kurang maju. Coba diatur, dulu…”
Gue
bengong.
DI
FILM SPONGE BOB GAK ADA ADEGAN NGATUR KURSI!
DI
FILM FAST AND FURIOUS JUGA GUE GAK PERNAH LIAT DOMINIC TORETTO NGATUR-NGATUR
KURSINYA DULU SEBELUM BALAPAN!
Gue
pun celingak celinguk nyari ‘sesuatu’ yang keliatannya bisa dipakai untuk
mengatur posisi kursi. Semenit kemudian gue stres. INI GIMANA NGATUR KURSINYA
YA ALLAH…
“Coba
cari besi di bawah kursi, kalo ketemu, tarik.” Si om instruktur kembali memberi
pencerahan.
Tangan
kiri gue segera meraba bagian bawah kursi, lalu gue menemukan sebuah besi.
Tangan gue mencengkram dengan erat, tapi belum gue tarik karena gue takut. Iya,
gue takut kalo pas gue tarik, eh kursinya terbang.
TAPI
KAYAKNYA GAK MUNGKIN DEH, YA?!
Gue
tarik besi itu ke atas, dan kursi gue mulai longgar, gue gerakkan pinggul gue
ke depan, kursi pun ikut bergeser ke depan. Sambil menginjak-injak kopling
sampai gue terasa posisi gue nyaman, gue lepas besi tadi dan voila, tempat
duduk gue sudah aman. Yang terpenting: kopling sudah bisa terinjak dengan full dengan kaki nyaman.
“Tahan
kakinya di kopling, sekarang coba hidupkan mobilnya.” Si om kembali memberi
instruksi.
Berbekal
pengetahuan di film-film horror yang kalo panik dikejar setan langsung naik
mobil dan biasanya mobilnya gak nyala. Gue tau cara nyalain mobil ya jelas
dengan cara… menghubungkan dua kabel sampai timbul percikan listrik.
YA
ENGGAKLAH!
Gue
putar kunci mobil ke kanan dan… Brrrmmmmmmm.
MESIN
MOBIL SUDAH MENYALA SODARA-SODARA.
“Nah
sekarang kita coba mundur. Pelan-pelan aja, sambil setirnya putar kiri, kita
coba jalan ke jalan raya.”
“Hgggg…
cara mundur itu… gimana, om?”
Si
om diem sepersekian detik. Mungkin otaknya berpikir apa dosanya tadi pagi
sehingga kedapatan murid kayak gue. Atau enggak dia sadar kalo belum jelasin
soal perpindahan persneling (gigi). Dia pun menjelaskan secara singkat soal
gigi 1 sampai 5, lalu juga gigi mundur (R). “Kalo mau pindah gigi, harus injek
kopling full. Baru lepas kopling pelan-pelan.”
Oke.
Untuk poin tadi gue lumayan ngerti karena selama ini gue naik motor juga yang
berkopling. Ternyata cara kerjanya sama.
“Oke,
sekarang masuk ke R.”
Kaki
kiri gue menginjak kopling, tangan kanan di setir, tangan kiri gue arahkan ke
R.
“Sekarang
turunin rem tangan.”
Bentar.
APAPULA REM TANGAN INI?!
Untungnya
om instruktur segera memberitahu letak rem tangan. Ternyata batangan yang ada
di deket tuas persneling itu adalah rem tangan. Hampir aja gue nunduk terus
ngarahin tangan gue buat pencet rem yang ada di kaki. Ehe.
“Coba
lepas pelan-pelan koplingnya.”
Gue
angkat sedikit kaki kiri gue, dan mobil mulai berjalan mundur secara pelan.
“Sambil kombinasi dengan rem, ya. Karena ini kita sudah di jalanan agak menanjak, jadi mundur tanpa digas juga bisa.”
Gue
mengarahkan kaki kanan di rem, sambil kaki kiri mulai pelan-pelan melepas
kopling.
“Putar
ke kiri setirnya.”
Gue
putar.
“Putar
lagi.”
Gue
putar lagi.
“Lagi.”
Oke.
“Lagi.”
O-oke.
“LAGI.”
INI
KAPAN BERENTI MUTER SETIRNYA WOY?
“KURANG
BANYAK.”
Gue putar berkali-kali ke arah kiri sampai
logo mobil yang ada di stirnya sudah terbalik.
“KEBANYAKAN.
PUTAR KANAN!”
FAAAAAKKK!!!
“TERUS
MUNDUR. TERUUUUUS…” kata si om instruktur sambil memperhatikan spion kiri.
Gue
liat dari spion kiri mobil sudah masuk ke jalan raya. Beberapa motor dan mobil
mulai memelankan lajunya. Posisi mobil gue pasti menutup jalan.
“Injek
kopling full, injek rem.” Perintah si om instruktur. “Masuk gigi 1. Ayo!”
Gue
bengong.
GIGI
SATU TADI GIMANA YA ALLAH…
BELOM
SEMPAT DI-SAVE SUDAH DI-LOAD AJA PELAJARANNYA!
Tin… Tin… Tin…
Riuh
rendah suara klakson mobil dan motor yang jalannya terhalang oleh mobil gue
terdengar menyeramkan.
JANGAN
PANIK.
JANGAN
PANIK.
JANGAN…
YA ALLAH PANIK DIKLAKSONIN.
“Pojok
kiri atas.” Om instruktur akhirnya
memberitahu letak gigi 1.
Tangan
kiri gue dengan cekatan mengarahkan tuas persneling ke posisi pojok kiri atas.
Lalu siap melepas injakan kaki kiri gue di kopling. Kaki kanan siap di pedal
gas. Tangan kanan gue siap mengarahkan setir ke kanan untuk meluruskan mobil.
Kaki
kiri gue angkat pelan-pelan dari pedal kopling, mobil mulai berjalan pelan, gue
arahkan setir ke kanan. Baru aja mau injek gas…
MOBILNYA
MATI!
MOBILNYA
MATIIIII!!!
Tin… Tin… Tin…
Riuh
rendah suara klakson mobil dan motor yang jalannya kembali terhalang oleh mobil
gue terdengar makin menyeramkan.
Gue
mau nangis.
[TO BE CONTINUED]
--
Sumber
gambar:
https://i.makeagif.com/media/6-25-2015/QKoQXb.gifhttps://www.theodysseyonline.com/5-reasons-spongebob-squarepants-the-best-childhood-cartoon
http://pyurio.blogspot.com/2016/04/belajar-cara-memindahkan-gigi-mobil-dan.html
https://siebersaudara.wordpress.com/2014/11/24/cara-menguasai-kopling-mobil-transmisi-manual/
https://giphy.com/gifs/spongebob-season-4-spongebob-squarepants-l1Kuhowoq07juj4hG
35 comments
ntap euy bisa bawa mobil. dijamin abis ini langsung punya pacar, terus jadi tukang antar jemput buat ngemall & nyalon. sip.
Replyaku juga dulu bawa mobil, tapi sejak ngekos ngga pernah bawa lagi karna ribet. terus sekarang malah lupa caranya nyetir hhhhh :( untung aku cewe, jadi ngga masalah gabisa bawa motor/mobil. kalo cowo gabisa bawa kendaraan mah pasti udah dijadiin bahan ceng-cengan ya :b
Asli. klo cowok gak bisa bawa kendaraan itu malu abis. Gak dikerjaan, gak di tempat tongkrongan di bully abis. Kecuali kita horang kaya yang pake supir pribadi. Itu aman. Hahaha
ReplyGue juga baru bisa nyetir nih, alhamdulillah. Dan gue masih sering keluar keringet dingin klo lagi tertekan di dalam mobil. Maklum newbie. wkwwkw
Itu intrukturnya kalo misalnya nabrak bisa ngelembung gak ya, kayak Nyonya Pam (spongebob) 😀
ReplyHanjir. Ceritanya walau kocak tetap mengedukasi nih, Jok!
ReplySaya juga pernah diajari nyetir sama temen. Wkwkwk. Di parkiran pabrik cuma muter-muter doang. Abis itu langsung puas dan ngerasa udah bisa. Nanti deh belajar lagi kalau udah kebeli mobil.
Ngelamar jd admin keuangan tp ditanyain bsa nyetir apa enggak... Mgkin biar nyambi jd supir boss nya kali? Haha. Klo di bengkel sih misalnya ngelamar jd mekanik apa gtu suka dtnyain "bsa nyetir gak?" soalnya buat mindah2in mobil dri ujung ke ujung, ke stall trtntu. Gak wajib jg, tp jd nilai plus, paling enggak bsa ngringanin kerjaan sndiri gtusi.
ReplyBaca ini kok udh brasa kek baca tutorial mnyetir mobil yak? Sumpah gue jg gak tau apa2 soal dalemannya mobil dan cara gerakinnya :') Klo di sponbob mah apaan, msukin kunci trs lgsg ngegas gtu aja mobilnya jalan. Gue rasa mobilnya sponbob matic dah? Eh, mobil ato perahu sih itu yg dia bawa?
Ikutan deg2an jg bacanyaa. Klakson org2 d jln tuh emg bkin nerpes sih :( Mana itu dpt instrukturnya yg jutek bgtu... Gue mah jd lu udh ga mo dtg lg dah. Etapi sayang si klo udh bayar. Wkwk.
Jog, pukul 11 udah masuk siang, bukan pagi lagi. Btw kalo nangis jangan diceritain di blog ya. Kurang macoh.
ReplyKayaknya tulisan ini bikin gue jadi takut nyetir mobil deh. :(
ReplyApalagi tinggal di Jakarta yang sering macet. Naik motor aja, terus kalau kejauhan bisa kereta komuter. Pilihan itu udah paling mantap. Wqwq.
Tapi bisa bawa mobil emang enak, sih. Temen gue yang tadinya kurir pakai mobil. Eh, lama-lama malah jadi supir pribadi bos di kantor itu. Gajinya ternyata gede juga, Jog. Nanti kalau udah bisa nyetir, lu ngelamar kerjanya nggak usah jadi admin keuangan. Jadi supir aja! Supir truk kontainer. Yang kalau ngelindes orang, udah kayak ngelewatin polisi tidur. XD
Ujian sebenarnya itu pas di jalan menanjak yog, pake kopling setengah, kalo nggak pas, bisa mundur mobil lo, kaki lo kram, lalu masuk jurang di bukit soeharto.
ReplyKesalahan paling sering juga waktu mau lepas rem tangan, Kebanyakan orang fokus ngeliat rem tangan sampai ngabaikan pengelihatan ke jalan raya, padahal mah lepas rem tangan gak usah diliatin, lepas mah lepas aja, paling mobilnya mati hahahah.
wkwkw seru nih kayaknya kalo gue ikutin, gue sebenrnya di umur segini juga belum bisa nyetir mobil, gue harus bisa lebih baik dari lo, biar ga malu maluin wkwkw
ReplyMantap, saya jadi belajar cara nyetir mobil bang meskipun tetep ga paham karna belom ada mobilnya wkwkwk
ReplyNah kayanya seru bang kalo belajar nyetir pake mobilnya mr. bean
Setelah baca postingan ini, gue makin yakin buat belajar motor dan nunda belajar mobil. Kayaknya belajar motor dulu lebih realistis. :')
ReplyTools (emangnya photoshop?) di mobil ribet banget ya. Antara gas, rem, dan kopling bisa salah injek. Udah enakan sepeda buat gue sekarang. :D
Sedih bangey bang dengernya. Gw juga waktu itu grogi parah sih pas pertama kali bawa mobil.
ReplyHuahahahaa gue baru aja kemarin belajar nyetir sm ayah. Tapi ga seabsurd elu bang. Huahahaa
ReplyEh eh btw leh uga nih kalo kita berkolaborasi menyetir di dalam sebuah mobil yang kita kenal dengan sebutan faxe taxi.
((SENYUM SEKENANYA))
ReplyPencitraan. Itu pasti kamu lagi mengeluarkan senyum mesum andalanmu kan? Ngaku aja deh, Yogs.
Ngakak banget pas bagian cewek yang curhat sama Ibu LPK. Menimbulkan reflek takut bagi manusia lemah sepertimu. Terus yang kamu bilang kalau itu baru pertama kali ke om pengajarnya, kok aku jadi ngebayangin settingnya berubah dari dalam mobil jadi di dalam hotel ya. Perpaduan kata "pertama," dan "om" itu sungguh nganu. Aku mikirnya kayak baru pertama kali melakukan permainan tabu. Mhuahahahahaa.
Gue udah pernah latihan, tapi sampe sekarang belum bisa mundur, mundurnya kecepetan. Sama belum berani ke jalan raya. Dan setelah baca ini gue membatin satu hal, "Alhamdulillah Ya Allah, cowok cemen bukan cuma gue." :'D
ReplyMelihat alur cerita seperti ini, kayaknya akan ada part di mana abang-abangnya minta resign. Ehe.*kabur
Replywakkakakakaka
Replydunia emang ga berjalan sesuai harepan. terkadang php kayak gebetan.
hah, itu emak nyonya puff kali yak dan oh please, bandingin ama dom fast, mobil aja uda beda ya Allah yog...
INI KOK GUE MALAH JADI TAKUT YA :"
ReplyKatanya emang gitu sih, kalo sudah bisa nyetir terus lama gak nyetir jadi lupa caranya.
paling sering di tongkrongan sih, apalagi kalo tongkrongannya cowok-cewek. Harga diri di deoan cewek langsung menciut.
Replyenggak...
Reply(((mengedukasi)))
Replyayok latian lagi, bg!
kalo mekanik, apalagi mekanik mobil sih kayaknya emang musti bisa nyetir lah wkwkwk
Reply(((baca tutorial menyetir)))
kalo sponge bob mah itu perahu matic, bukan manual, persnelingnya cuma ke arah depan sama belakang wkwkwk
kalo gue liat macetnya jakarta emang ampun ampun, mending naik tj aja dah wkwkwk
Replybetul sekali. kalo koplingnya terlalu cepat dilepas juga mesin mobil langsung mati :"
Replykalo rem tangannya keras juga bahaya sih. setir bisa goyang. hhhhhh...
wkwkwk yok belajar biar macho \o/
Replymobilnya mr bean yang ada sofanya di atas? :)))
Replynaik angkutan umum aja, Rob. jalanan ibu kota juga mengerikan. :))
Replyiya bisa sala injek. apalagi gas sama rem :v
*toss*
ReplySEBUAH AJAKAN YANG TIDAK BOLEH DILEWATKAN BEGITU SAJA!!!
ReplySENYUM MESUM BAJUMU COMPANG CAMPING!!!
ReplyEmang kok ya, orang yang sering bepergian dengan om-om pasti akan berpikir lain ketika membaca dialog itu.
huahaha iya mundur agak susah tuh. apalagi pas parkir paralel :'))
Reply*sleding*
Replyya nanti beli mobilnya Dom. :')
ReplyKebanyakan sekarang perusahaan carik karyawan yg multitasking sik. Ditanyak bisa nyetir apa enggak biar kamu nyambi jadi supir. *ini serius*
ReplyHalo kak aku lagi mampir blog ini nih. Baru baca baca juga. Jangan lupa mampir dan follow balik ya. thanks :)
ReplyPost a Comment
Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca postingan gue. Gak perlu ninggalin link blog untuk dapet feedback, karena dari komentar kalian pasti dapet feedback yang sepadan kok.
Terima kasih!