Hal
paling menyebalkan setelah selesai sidang skripsi adalah kita masih kena
revisi. Seharusnya, selesai sidang skripsi adalah sebuah kemerdekaan bagi
mahasiswa, tapi ternyata kemerdekaan itu palsu. Sampai revisi kita selesai lalu
lembar pengesahannya ditanda tangani oleh dosen penguji dan dosen pembimbing
barulah kemerdekaan sesungguhnya muncul.
Di
sinilah gue, di luar gedung fakultas bersama Mbak Rusna yang lagi sibuk
menelpon. Salah satu dosen penguji kami berdua saat sidang skripsi kebetulan
sama, yaitu Pak Dirman, dan kami berniat untuk mengumpulkan revisi skripsi kami
ke beliau karena deadline
mengumpulkan lembar pengesahannya… besok. Greget abis.
Mbak
Rusna menutup panggilan teleponnya.
“Ada,
mbak?” Tanya gue.
“Pak
Dirman gak ke kampus hari ini, kita disuruh ke rumahnya.”
“Aku
gak tau rumahnya. Mbak tau?”
“Tau
daerah rumahnya doang, kita ke sana aja dulu. Ntar telpon lagi bapaknya minta
petunjuk.”
Gue
mengiyakan dan kami menuju sepeda motor kami masing-masing. Setelah menempuh
perjalananan 20 menit lebih, kami sampai di daerah Sumber Rejo, Mbak Rusna
menepikan motornya dan mengeluarkan handphonenya, kembali menelpon Pak Dirman.
Gak lama kemudian dia mematikan panggilan dan menoleh ke belakang di-mana-ada-gue-yang-useless-sekali.
“Kita
disuruh cari pangkalan ojek, lalu tanya di mana rumahnya. Katanya mereka pasti
tau.”
Gokil.
Dosen gue terkenal abis di lingkungannya. Kalo mau ngepoin dosen gue ternyata
gampang, tanya aja tukang ojek! Kami melanjutkan perjalanan hingga bertemu
sebuah pangkalan ojek. Dari tempatnya sih emang pangkalan ojek karena ada
sebuah bangunan sederhana dengan papan yang bertuliskan “pangkalan ojek”. Tapi…
sampai di sana gak ada tukang ojek sama sekali. Misteri gak ada tukang ojek di
pangkalan ojek ini sepertinya karena:
1.Semua tukang ojek di sana lagi kebanjiran orderan
2.Tukang ojek di sana beralih ikut ojek online
3.Tukang ojek di sana tau kalo bakal ada 2 mahasiswa yang datang nanya-nanya jadi
mereka sembunyi atau pindah ke luar negeri.
Hmmm
kalo sudah begini… GIMANA KITA BISA NEMUIN RUMAHNYA KALO PETUNJUKNYA PUTUS
SAMPAI DI SINI?!
Kami
gak menyerah begitu saja! Kami berdua berusaha mencari petunjuk sendiri karena
mau nelpon Pak Dirman lagi gak enak kebanyakan tanya, juga karena nomor telepon
Pak Dirman beda operator, jadi mahal banget dan pulsa kami terkuras
banyak. Sebenernya alasan paling utama sih yang kedua. #AnakEkonomi #GakMauRugi
Kami
berdua tolah toleh mencari warga di sekitar itu yang bisa kami tanyain. Tukang
ojek aja tau, masa warga situ gak tau sih? Pikir kami. Gak jauh dari pangkalan
ojek, ada seorang kakek-kakek yang lagi duduk melamun di teras rumahnya. Rambutnya
cepak dan sudah putih semua, tapi masih tampak sehat dan kuat, memakai celana
pendek dan kemeja coklat lusuh kegedean. Karena sepertinya gak ada warga lain
yang terlihat, kami pun memutuskan untuk bertanya ke dia.
“Uhhh
permisi.” Gue memasang senyum terbaik. “Numpang tanya…”
“HA?”
si kakek membalas dengan tatapan bingung.
“Ummmm…
Saya ingin tanya rumahnya Pak Dirman di mana, ya?”
“HA?”
“….”
“HA?”
YA
ALLAH KAYAKNYA SALAH ORANG BUAT DITANYAIN NIH!
Gue
memberikan kode ke mbak Rusna untuk pergi dan mencari orang lain untuk
ditanyain, baru aja mau starter motor, kakek-kakek itu berdiri dari posisi
duduknya dan mendatangi kami, “Rumahnya Dirman?”
Kami
berdua mengangguk.
“Dirman
yang kerjanya ngajar? guru agama?”
Wait. Gue dan mbak Rusna tatap-tatapan
dan berusaha mencari tau apa pekerjaan Pak Dirman selain dosen. Gelarnya sih
S.Ag, M.Si. Berarti bisa jadi selain menjadi dosen, beliau juga guru agama.
“Uhhh…
kita taunya sih Pak Dirman ini dosen.” Kata gue.
“Iya,
ngajar kan?” si kakek balik nanya. “Aku tau tuh rumahnya.”
Gue
sempet diem agak lama, karena jujur aja gue gak yakin sama si kakek ini. Gue
takut aja ternyata kakek ini… orang gila. Gue membulatkan tekad untuk basa-basi
doang dan segera pergi untuk mencari orang lain buat ditanyain.
“Uhh…
ke mana ya arahnya?”
Iya,
rencananya kalo pertanyaan gue abis ini dijawab, gue bakal kabur dan nyari orang lain untuk ditanyain.
“Ke
sana tuh. Masuk ke dalam.” Tunjuk si kakek ke arah sebuah gang kecil. “Ayok kuantar.”
Tiba-tiba
si kakek itu naik ke jok belakang motor mbak Rusna. Gue kaget! Mbak Rusna lebih
kaget! Gue melihat ekspresi ketakutan dari wajah mbak Rusna. Gimana gak takut
coba ada kakek-kakek gak dikenal tiba-tiba naik ke jok belakang motor lo? Kalo
tiba-tiba dia meluk lo dari belakang dan nge-german suplex gimana?
…Nge-german
suplex-nya pas lagi nyetir lagi. Kan bahaya!
“Anu.
Sa-saya gak bisa bonceng orang.” Mbak Rusna panik.
“Loh tenang aja. Aku ini cewek juga.” Kata si kakek.
YA
ALLAH APA INI ADA KAKEK-KAKEK NGAKU CEWEK SUPAYA BISA DIBONCENG CEWEK?!
KAKEK-KAKEK
CABUL NIH!
MODUS!
MODUS! PENDOSA! PENDOSA!
“Bu-bukan.”
Mbak Rusna seperti berusaha mencari alasan lain supaya si kakek ini turun dari
motornya. “Sa-saya emang gak bisa bonceng orang. Nanti jatuh.”
“Oh
gitu.” Si kakek tadi turun, lalu… naik ke motor gue. “Ayok jalan.”
YA
ALLAH.
KENAPA.
HARUS. GUE?
WHY
ME, GOD? WHY?
Gue
bingung harus bagaimana. Mau alasan gak bisa bonceng orang keliatan banget
bohongnya. Mau kabur ninggalin motor, cicilannya belum lunas. Mau kangen tapi
gak ada yang dikangenin. Aduh, fokus. Intinya adalah: gue bingung musti apa!
“Uhhh…
tapi tau kan rumahnya Pak Dirman?” gue mencoba memastikan walaupun gue gak
yakin sama sekali.
“Iya
tau kok. Aku juga ada perlu sama dia jadi sekalian aja. Aku mau nagih utang.”
“….”
MASA
SIH DOSEN GUE PUNYA UTANG SAMA KAKEK-KAKEK INI?
JANGAN-JANGAN
DUGAAN GUE BENER NIH KALO KAKEK INI ORANG GILA?
JANGAN-JANGAN
GUE BAKAL BENERAN DI-GERMAN SUPLEX NIH?
Yaudahlah,
gue membuang semua pikiran suudzon yang ada. Guepun mulai menyalakan motor dan
menjalankan motor mengikuti petunjuk dari si kakek. Jadilah gue dan mbak Rusna,
berada dalam dua kondisi. Yang pertama, kami menuju ke rumah dosen penguji
selain membawa revisian skripsi juga membawa kakek-kakek penagih hutang.
Yang
kedua…
Kami
mengikuti petunjuk kakek-kakek gila yang entah akan membawa kami ke mana. Sialnya,
gue yang bonceng! Nyawa gue di ujung tandung ini coy!
Kami
masuk ke sebuah gang yang ditunjukkan sedari awal oleh si kakek. “Belok kanan
situ tuh.” Tunjuk si kakek memberikan instruksi lanjutan.
Gue
arahkan motor gue ke sana dan mendapati bahwa gang itu bener-bener sempit. Jika
ada motor dari arah berlawanan mau lewat, maka salah satu harus mengalah agar
bisa lewat. Selain sempit, gangnya juga berliku, jalanannya menurun dan
cenderung sepi.
Gue
jadi takut kalo kakek ini beneran orang gila dan membuat kami nyasar di gang
sempit untuk menyudutkan kami dan mulai membantai kami. Selain cabul, dia juga
menjadi kakek-kakek psikopat di pikiran gue. Bulu kuduk di leher gue mulai
berdiri.
Berkali-kali
gue bertanya untuk memastikan kalo arah yang ditunjukkan itu bener hingga
akhirnya si kakek itu bilang, “Nah, itu rumahnya.”
Di
hadapan kami nampak sebuah rumah sederhana dengan pekarangan luas dan pohon
yang menjulang tinggi dan besar. Bisalah untuk menggantung mayat kami.
Gue
langsung sujud syukur karena akhirnya perjalanan kami berhenti dengan tujuan
sebuah rumah normal, bukan rumah kosong yang lama ditinggal pemiliknya. Tangan
kiri gue pegel banget grepe-grepe kopling sepanjang gang sempit ini. Si kakek
tadi langsung nyelonong menuju rumah itu dan disambut oleh seorang ibu-ibu,
mungkin istrinya Pak Dirman.
Gue
dan Mbak Rusna segera menyusul si kakek itu dan segera bertemu si empunya
rumah.
“Adek-adek
ini nyari siapa?” Tanya si ibu itu ramah.
“Betul
ini rumahnya Pak Dirman, Bu?” Giliran Mbak Rusna yang beraksi. Dia juga
memperkenalkan diri mulai dari nama, asal kami dari mana, dan cita-cita
tujuan kedatangan kami.
“Oh
iya, betul. Tapi Pak Dirmannya masih ngajar di sekolah.”
“Tadi
saya sudah nelpon, katanya kita disuruh ke rumahnya nih, Bu.” Mbak Rusna menjelaskan lebih lanjut.
“Oh
begitu. Yasudah mari masuk dulu dek, nek.”
NEK?!
N-E-K?!
…Okey.
Jadi dia bukan kakek-kakek gila ataupun kakek-kakek normal, dia emang
nenek-nenek yang berpenampilan seperti cowok (kakek-kakek). Maaf ya nek sudah
suudzon. :’)
Kami
bertiga masuk ke dalam rumah Pak Dirman. Gue denger si istri Pak Dirman ini menyuruh
anaknya untuk menelpon Pak Dirman agar cepat pulang.
Kami
dipersilakan duduk. Gue dan Mbak Rusna sok sibuk main hape sementara si nenek
dan istri Pak Dirman asik ngobrol menggunakan bahasa daerah yang gak gue tau.
Jadinya gue gak tau mereka ngobrolin apaan. Kayaknya mereka lagi ngobrolin
nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika, deh.
10
menit belum ada tanda-tanda Pak Dirman muncul.
20 menit masih belum ada tanda-tanda Pak Dirman muncul.
30 menit dan yang muncul adalah anaknya Pak Dirman. Cewek. Dari ruang tengah ia memunculkan kepalanya di antara gorden yang menjadi pemisah antara ruang tamu dan ruang tengah.
“Kata
Bapak, dia gak ada nyuruh mahasiswa datang ke rumah.” Kata dia.
JENG!
JENG! JENG!
BUMI
GONJANG GANJING!
DAJJAL TURUN KE BUMI!
GEBETAN BALIKAN KE MANTANNYA!
DAJJAL TURUN KE BUMI!
GEBETAN BALIKAN KE MANTANNYA!
“Ta-tapi
tadi Pak Dirman di telpon nyuruh kita ke rumah.”
“Tunggu
sebentar.” Cewek tadi menggaruk jidatnya. “Kalian nyari Pak Dirman yang mana?”
“Hah?
Yang mana? Emang ada berapa Pak Dirman?” gue bingung.
“Ada
dua.” Jawab si kakek, eh nenek.
KALO ADA DUA KENAPA MAIN BAWA KE SINI AJA, NEK? YA ALLAH…
“Oh
iya jangan-jangan Dirman satunya nih yang adek-adek ini cari." Kata si nenek.
"...Orangnya putih, agak gemuk gitu, kan?” lanjut si nenek.
"...Orangnya putih, agak gemuk gitu, kan?” lanjut si nenek.
Gue
berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan oleh si nenek itu dan memcocokkan
ciri-ciri yang disebutkan tadi dengan ciri-ciri dosen gue. PAS! Itu ciri-ciri
Pak Dirman dosen gue!
“Kayaknya
kita nyari Pak Dirman yang itu, deh.” Kata gue, pelan.
“Ah
bener. Dirman satunya itu putih. Kalo Dirman yang ini dia agak hitam.”
LAH, DIA RASIS DI RUMAH ORANGNYA LANGSUNG.
LAH, DIA RASIS DI RUMAH ORANGNYA LANGSUNG.
“Lalu
Dirman yang ini guru agama di SMK 2, nah Dirman yang putih itu dosen.”
KAN TADI GUE UDAH BILANG NYARI YANG DOSEN?! :”
“Terus
rumah Pak Dirman yang kita cari itu jauh gak nek?” Tanya mbak Rusna.
“Oh
deket aja kok.” jawab si nenek. “Rumahnya dia itu di belakang rumah saya tadi.”
Di belakang rumah saya tadi.
DI. BELAKANG. RUMAH. SAYA. TADI.
Mendengar
jawaban dari si nenek, YA ALLAH INGINKU BERKATA KASAR TAPI KAYAKNYA GAK BOLEH
DEH APALAGI KE NENEK-NENEK….
Setelah
mengetahui kenyataan bahwa kami salah rumah, dengan senyum menahan malu, kami
pamit ke ibu itu. Sialnya adalah gue kembali harus melewati gang sempit itu
untuk kembali ke rumah nenek itu.
Setelah
penuh perjuangan, berhasil keluar dari gang sempit itu kami sampai di rumah
nenek tadi. Gue memelankan laju motor gue, “Lewat mana, nek?”
“Lurus
aja, itu ada gang di sebelah kanan, masuk aja.”
Dengan
penuh kesabaran gue mengikuti instruksi si nenek. Kali ini kekhawatiran gue
soal kondisi kejiwaan si nenek sudah hilang karena terbukti di rumah Pak Dirman
satunya tadi dia tampak seperti warga pada umumnya. Kami kembali masuk ke dalam
sebah gang yang untungnya gak sempit, mobil atau truk pun bisa lewat, cukup
lama kami menelusuri jalanan gang itu sampai akhirnya dia bilang, “Nah, yang
warna oranye itu rumahnya.”
Kami
berhenti di pinggir jalan, gak lama kemudian, Pak Dirman dosen gue muncul dari
dalam rumah. Melihat Pak Dirman berdiri tepat di hadapan kami, bawaannya pengin
nyanyi lagunya Naff – Akhirnya Kumenemukanmu. :’)
Sebelum
masuk ke dalam rumah Pak Dirman, nenek itu memutuskan untuk pulang sendiri
karena ya… rumah bagian belakangnya ada di depan rumahnya pak dirman.
“Terima
kasih ya, Nek.” Kata gue dan Mbak Rusna.
Nenek
itu mengiyakan dan masuk ke dalam rumahnya.
Kami
berdua pun masuk ke dalam rumah Pak Dirman dan langsung disambut sebuah
pertanyaan, “Kok lama sekali? Kesasar, ya?”
Kami
hanya menjawab pertanyaan itu dengan ketawa garing dan segera menyerahkan
revisian dan meminta tanda tangan untuk lembar pengesahan kami, agar kami bisa
segera merdeka… sepenuhnya.
Pesan
moral: minta tanda tangan dosen itu selalu penuh perjuangan, termasuk nyasar ke
rumah orang bareng nenek-nenek.
81 comments
Wkwkwkwk minta tanda tangan dosen sampai susah gitu.
ReplyItu neneknya wajahnya kayak apa sih kok bisa kayak kakek-kakek.Hahaha salah rumah dah sampai 20 menit lagi gara gara neneknya salah ngasih petunjuk dah dibilang yang dosen malah guru agama,untung dekat kalau jauh terus sempit dah emosi banget.
Gua penasaran sama si nenek sampe bisa dikira kakek-kakek. Mungkin sebenernya dia ngerti apa maksud kalian berdua, cuma ya dia emang mau ke rumah pak dirman satunya lagi tapi males jalan nah kebetulan ada orang yg kesasar manfaatin deh, ketebak nek pikirannyaa. Itung-itung amal jugalah, kapan lagi ketemu nenek2 menyerupai kakek2?
ReplyTerus pas udah ketemu pak dirman curhat siapa tau nanti ada korban selanjutnya yang dibohongin sama si nenek.
Jadi senyum2 ama sikap si kanek ahahah
ReplyKayaknya kalau lo minta tanda tangan skripsi ke si Nenek itu lebih ampuh deh. Pak Dirman pasti manggut-manggut mengiyakan. hahahaha..
ReplyEh beneran nggk tuh? Kok bisa sekampret itu...?, neneknya mungkin gagal fokus kali...
ReplyBtw, hubunganlo dgn fita gimana?
keren komen akh keren pisan
ReplySeperti biasa, postingan blog ini selalu sukses bikin saya ketawa. Ciri khas punchlinenya itu terletak di kalimat 'KENAPA......' atau 'Jangan-jangan.....'
ReplyAjarin saya lah yog bikin cerita sehari-hari kayak gini. Susah anjir bikin yg beginian. Suka bingung milih diksi2nya.
Haha kalo soal ngejar ttd dosen, saya bahkan pernah janjian di Carefour cees. Sumpah. Di tengah2 orang yang lagi belanja lagi anjisss.
Ngomong-ngomong, kok kalian sampe gak bisa ngebedain jenis kelamin orang tua gitu sih. Masih menjadi misteri bagiku cees.
Dah putus kalo.😀
Replyini dijadiin sinetron kayaknya bisa ampe epidsode 7000 deh ampe nemuin rumahnya pak dirman.
Replybisa aja nih nenek ngerjain kalian, mungkin nenek itu mengira, "nak, perjuangan itu tidaklah mudah, karena harus diperjuangkan untuk mendapatkan hasil maksimal"
tapi kalau g kayak gini g bakal ada ceritanya buat dikenang dan diceritain ke banyak orang
hahaha. anjai tuh si kakek-nenek, mengambil kesempatan dalam kesempitan. Apa rasanya bang 30menit dirumah org yang nggak dikenal?
ReplyMana yang punya rumah nggak nanya, anak muridnya atau apa? Si nenek juga mengiya-iyakan.
gokil bang tulisan lo, gue belajar lagi tentang komedi yg lu buat. mantap bang.
Eh, salah
Replylagi maksudku itu sampai 30 menit
Merdeka itu ketika lo udah di acc cetak, bor. Eh bukan, ketika lo udah pake toga. Itu merdeka ala mahasiswa. Setelah ini lo bakalan sibuk dengan urusan administrasi kampus, yang gue yakin lebih naas dari yang ini. Percayalah! Hahaha
ReplyOh ya yog,katanya kamu punya phobia gelap ya,aku juga punya,berawal waktu masih kelas 2 sd,gue bangun tidur tengah malam,rasanya mau kencing tapi kamar mandiku diluar rumah terpaksa aku keluar awalnya baik baik aja tapi pas keluar dari kamar mandi gue ngelihat di seberang jalan gelap ada manusia tapi kepalanya doang tubuhnya gak ada gue langsung masuk Buru Buru kedalam rumah dan sejak itu gua langsung takut gelap.
ReplyHAduhhh, segitu sulitnya yaa perjuangan buat ketemu dosen haha. udah gitu harus kena tipu sama nenek yang berpenampilan seperti kakek itu pula. cobaa, kamu dan Mbak Rusna jelasin di awal ciri-cirinya pak Dirman, mungkin nggak sampai salah kayak gitu hehe.
Replymitos yang bilang minta tanda tangan dosen tak pernah mudah emang benar adanya.
Replykalo lo liat pasti ngira dia juga kakek-kakek sih :|
Replyhuahaha bisa jadi sih, kan dia mau nagih utang juga. jadi gue dimanfaatkan gitu ya? :|
*hening*
ReplyNGAPAIN MINTA TANDA TANGAN KE NENEK-NENEK??? MAU JADI APA LEMBAR PENGESAHAN GUE :"
ReplyYha beneran lah -_-
Replyhubungan dengan fita baik-baik aja, sekarang kita temenan seperti biasa.
makasih cees haha.
Replyah, masa nulis fiksi bisa nulis nonfiksi gak bisa :')
anjer di karfur malah minta ttd dosen. goikil.
soalnya si nenek kan rambutnya cepak dan dia pake celana pendek + kemeja. Itu kan kakek-kakek banget, kalo nenek-nenek mah dasteran harusnya.
bisa juga si nenek udah kerjasama sama si pak dirman untuk ngerjain gue. :|
Replyrasanya ya awkward lah haha
Replymerdeka sih kayaknya terbebas dari skripsi dulu sih ya. Kalo urusan administrasi untuk yudisium/wisuda sih kalo lo mahasiswa bener pasti itu dokumen2 ada dalam 1 map, jadi gak bingung. Percayalah. Huahaha.
Replyiya gue pernah nulis kalo gue punya phobia gelap.
Replylah buset, itu bececeran dong pipis lo di rumah.
iya, gara2 penampilan si nenek gue kira dia kakek2, kampret -_-
Replygak kepikiran kalo bakal ada orang yang bernama sama dan gelarnya juga sama. :|
Alhamdulillah yoga gak sampai "pura pura gak kenal" kalau ketemu di jalan~ :')
ReplyTampilan neneknya gawl, sampai nggak ngira kalo dia nenek-nenek. Masa nggak ada tanda dia itu nenek-nenek?
ReplyPerjuangan cari dosen patut diapresiasi nih, minimal dikasih makan waktu ke rumah dosen yang sesungguhnya. Si nenek namanya juga perlu masuk ke daftar terima kasih, kalo nggak ketemu itu nenek gak tau rumah si dosen dong.
Yoi gara gara takut sampai cepirit maklum dulu itu masih umur 8 tahun
Replygue cuman baca doang tapi ikutan kesel sama kakek, eh nenek. anjir main "bebuat" aja di jok.
Replynyari tanda tangan harus gitu bgt kah yog, coba kamu suruh aja dosennya yg datang ke rumah.
Hahahah. Ngakak gw pas byangin si nenek ngelakuin german suplex- dri atas motor, byangin deh pas tangamnya prlahan2 mulai merangkul prut lo. Trus bilang this is smack down!!! Pas udh jtuh dia bilang "you cant see me" ala2 john cena. Hahahh
ReplyIni pasti nenek2nya sngaja nih mau mnuju krumah pk dirman yg guru agama krna punya kpentingam sndiri. Psti dri tdi pas diteras rmahnya dia mikir siapa yaa yg bisa ngnterin dia.
Dn akhirnya doanya trkabulkan hahabh
Dirman...dirman....
Gpp lah, itung2 mmbantu nenek2 yg sdang mau nagih utang
Wah sampe susah gitu ya bang minta ttd.
ReplyGue belum pernah ngalamin. Nanti gitu juga x ya.. Mudah2an dipermudah lah :)
(((DI. BELAKANG. RUMAH. SAYA. TADI))) ini yang masih menjadi misteri terbesar abad ini, gue curiga rumah dosen lo pindah2 bang.
ReplyYakali Nenek2 bakal ngebanting lo kebelakang gitu bang huahahaha...
Baca doang jadi ngikut kesel gue.
LAH ITU KENAPA NENEK-NENEK BISA DISANGKA KAKEK-KAKEK DEH?!!! Kasian dia, udah sampe bilang kalo 'saya juga cewek kok' tetep gak dipercaya. :(
Replyhahahha, gokil banget ceritanya...idup lo serrrru banget. tap justru yang kayak begini tuh yang bikin tiap jengkal perjuangan jadi tak terlupakan!! Gue dulu pas jaman kuliah juga nggak kalah gregetnya...apalagi yang pas revisi setelahrevisi. tapi ya gitu, dibikin asik aja because life is never flat.
ReplyGokil si kakek.. Eh nenek :D
ReplyPerjalanan panjang untuk dapet sebiji tanda tangan yah...
Replyga papa deh. Kan demi kelulusan. Ikhlas aja. terima nasib. hahahahhahaha
Pas awal-awal baca, aku kira bakal disuguhin cerita soal bapak dosen jadi buah bibir di kalangan tukang ojek. Laaah ternyata ini kisah petualangan bersama nenek berpenampilan macho 😂😂😂
ReplyNeneknya lucu banget, Yog. Beliau udah kayak scene stealer-nya di cerita ini. Udah kayak boneka Annabelle di film The Conjuring. Hahahaha. Tapi sayang sekali, pas goncengan sama kamu, Neneknya nggak nyendok sama kamu. Ku sedih, Yog. :(
Anjer. Ngeselin banget nenek-neneknya. Sotoy... kayak seseorang yang kukenal.
ReplyPerjuangan skripsinya mantep banget yaarabb... Tapi aku bakal ngehujat diri sendiri sih, kalo aku jadi kakak. Udah hampir sejam ngorbanin perjalanan buat minta ttd dosen eh... Ada aja bikin kampretnya :')
ReplyBentar, german suplex itu apa ya? :')
hahaha jadi ingat masa2 kuliah, tapigak nyampe nyasar sih, cuma di gonggongin guguk doang, ya begitulah mahasiswa, semoga cept kelar, ternyata pak dirman ada dua wkwkwk, mampir dan followbalik ya kalau berkenan di mungkinblog.com.
Replygerman suplex itu jurus ngebanting dari belakang, nonton aja di youtube, brock lesnar
Reply*hening*
ReplySkripsi aja pakai disidang. Apalagi kalau mau datang kerumah doi, kena sidang sama bapaknya. *Eh gak nyambung yah :v
ReplyMemang anak-anak ekonomi gak mau rugi. Klau anak yang sebelah, mungkin yang dikhawatirkan kemungkinan waktu sampai dirumah pak Dirman.
Yang aku masih pertanyakan, suara dari nenek itu terkesan cowok yah? -_- Sampai dibilang sama ibu "nek" baru sadar kalau itu nenek-nenek. Btw, nenek itu gaol juga yah. Bisa ngelawak dan gila kaya gitu. Hahahahahahha
si nenek rambutnya cepak dan dia pake kemeja + celana pendek. siapa yang ngira kalo itu... nenek-nenek?!
Replyiya tetep makasih sama si nenek walaupun dibawa nyasar dulu huahaha
iya, dia main naik ke jok motor aja. Padahal mau cari orang lain, bangke memang :"))
ReplyPALALO KOTAK.
...IMAJINASI LO TERLALU LIAR BUNG
Replyhmmm bisa jadi seperti itu. kebetulan yang sangat terencana sepertinya :|
semoga lo leih sulit sih *jahat*
Replybaca doang ikut kesel, apalagi lo yang ngalamin wkwk
ReplyITU DIA CEPAK, PAKE KEMEJA DAN CELANA PENDEK. NENEK-NENEK HARUSNYA DASTERAN!
ReplyHuahaha iya, selalu ada aja kejadian randomnya dan buat bahan tulisan di sini :')
ReplyGOKIL APANYA?! NYUSAHIN IYA :((
ReplyPerjuangan :')
Replyanjer nyendok :')))
Replymau patah itu punggung udah nenek-nenek nyendok?
hmmm iya. kayak kenal ya sotoynya siapa ini.. :))
Replykeselnya kemana2 sih, ke diri sendiri, ke nenek itu juga. elah :))
Replygerman suplex kan udah ada tuh gifnya di atas :D
(((digonggongin guguk)))
Replyini serem huahaha.
alhamdulillah udah kelar tinggal wisuda :D
tolong janga curhat terselubung gitu :')
Replyerrrr... kenapa banyak yg bingung soal kakek-nenek ini ya? padahal udah jelas ditulis kalo si nenek rambutnya cepak, pake kemeja dan celana pendek. Mana ada nenek2 penampilannya begitu, biasanya kan dasteran :')
anu.. hummm...
ReplyMungkin gue akan merasakan hal yang sama saat gue nge lanjut kuliah NANTI !.Lah ternyata si kakek kakek itu ternyata perempuan toh ? kok bisa ya penampilannya kayak gitu ? coba waktu itu di foto , jadi gue tau wujud asli nya . ha ha ha ha..
ReplyDemi skripsi rela mengorbankan banyak waktu dan menahan emosi :D,dan ternayata "SALAH RUMAH" ha ha ha kena ZONK deh !.Tapi pada akhirnya untung si nenek itu langsung ngasih petunjuk rumah pak dirman yang ( asli ) .
Haha, ternyata bisa yaa melakukan penyamaran kayak gitu.
ReplyIya juga sih, kalau aku mungkin yaa bakalan tanya nama doang hehe.
ehh.....si doi
ReplyGue dulu revisian gak lama sih, dan gak harus ke rumah dosen. Soalnya kalo disuruh ke rumah gue bingung apakah itu kode si dosen minta 'oleh-oleh' ato gak. Haha
ReplyTerus ini kok kampret banget ya bisa salah rumah. Si kakek eh nenek itu sebenarnya mau nagih utang ke pak dirman yang mana. 😄
Waaah berarti suatu saat kalo aku susah nyari tanda tangan dosen, aku kudu inget-inget cerita ini biar ga setres wkwkwk bisa gitu nyasar bareng nenek-nenek, emang waktu gaada tukang ojek, manusia yang tersisa cuma si nenek?
ReplyWkwkwkw kampret :D berliku banget sih ya cuma buat nyari tanda tangan dosen :' wkwkw Neneknya ampun deh ngeselinnya ._.
ReplyEhem ehem
ReplySetelah mengikuti... ternyata benar dia nenek2...
ReplyAku ikut menangis ya Allah... :')
Ya udaaaah... disyukurin aja lah ya kaaak...
Replytoh sidangnya cuma sekali.
bayangin kalo kamu jadi jessica. Dia sidang berkali-kali, di depan umum pula, nggak selesai-selesai. kan bikin sakit hati tuh
ueekk...ueekkkk
ReplyAnjrot, suram amat ketemu nenek-nenek ngaku jadi kakek-kakek. Wajar aja sih, namanya juga udah bau tanah. Umurnya nggak lama, makanya ngisengin anak muda dulu. Muahaha.
ReplyKayaknya ini kunjungan pertamaku ya?
lu hebat, masih bisa sabar gitu.
Replykalo gue yg jadi posisi elu, gue yg suplex tuh nenek''.
eh, tapi pgimana dah. yg lu liat dia kakek'', tapi pas ke rumah pak dirman, dia dibilang nenek''. gue jdi penasaran, gimana wajahnya si nenek'' yg lu sangka kakek'' itu dah, yog.
btw, horor juga sih, pas dia tiba'' naik ke motor tmen lu itu. hahaha
lagian dosennya juga kampret lah ya, dia terkenal di lingkungannya. tapi nggak ngabarin, kalo d lingkungannya ada dua orang yang namanya pak dirman. besok'' klo udah selsai skripsi udah selesai sidang, bakar aja udah rumahnya pak dirman, yog
mungkin ini acara settingan semacam katakan putus?
Replyaaaah, kusuka sama gambarnya lutchuuuu.
Replyjadi kek semacam tau ekspresi mas lagi nyeritain ini wkwkkw
eh, kepo deh sama neneknya sampe sampe mas bilang kakek kakek? setomboy itukah neneknya wkwkkw
untung ya, meskipun nyasar-nyasar ketemu juga Pak Dirman buat minta tanda tangan. dan btw namanya kaya guruku olahraga sma wkwk
ngapain foto nenek-nenek?1 -__-
Replyuntungnya si nenek tau rumah pak dirman yg gue cari, kalo enggak... inginku berkata kasar.
gue dikasih waktu seminggu haha
Replyhaha gue sih gak urus itu kode apa enggak, yang penting revisian gue beres :))
kayaknya dia mau nagih ke dirman yang nyasar ini deh. soalnya diarahinnya ke situ :|
iya gak ada orang lain waktu itu dan si nenek main naik ke atas motor aja :|
Replyngeselin lvl dewa mah ini :")
Reply:')
Replyini bukan ngomongin sidang :(
Replymungkin dia bete jadi isengin orang :|
Replypengen gue suplex lalu choke slam sebenernya :(
Replygue ketipu gara2 penampilannya sih. rambut ceopak + pake kemeja + celana pendek, MANA ADA NENEK-NENEK PAKAIANNYA GITU :|
Iya, itu serem, gue aja kaget, apalagi temen gue yang dia cewek :))
muehehe makasih :)
Replyiya, penampilannya lebih mirip kakek2 ketimbang nenek2 :))
alhamdulillahnya begitu, dapet juga tanda tangannya walaupun nyasar2 dulu huahaha
Post a Comment
Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca postingan gue. Gak perlu ninggalin link blog untuk dapet feedback, karena dari komentar kalian pasti dapet feedback yang sepadan kok.
Terima kasih!