Yang
pertama adalah orang-orang yang setelah putus dia gak pernah teguran lagi sama
mantannya. Sedangkan yang kedua adalah orang-orang yang setelah putus dia tetep
berteman sama mantannya sambil berharap dapat jatah mantan ketika ketemuan.
Gue
sendiri tipe pertama.
Antara
gue dan mantan, setelah putus selalu tercipta sebuah kondisi di mana kami
seperti tidak pernah mengenal satu sama lain. Seperti waktu yang sudah kami
lalui bersama itu tidak pernah terjadi. Padahal ya semua kontak maupun akun social
medianya masih punya. Sebenernya lebih ke guenya sih yang males berhubungan
lagi. Apalagi kalo dia sudah punya pacar baru. Males.
Gue
pun menobatkan bertemu dengan mantan adalah ketakutan nomor satu dalam hidup
gue.
Entah
kenapa gue takut aja. Takut perasaan yang dulu tiba-tiba muncul lagi. Takut
luka di hati yang capek-capek disembuhin terbuka lagi. Takut ditagih utang gara-gara
pas makan gue bilang, “Pake duitmu dulu, ya, ntar aku ganti.” tapi gak gue
ganti-ganti sampe putus. Pokoknya, gue takut aja gitu.
Tapi,
beberapa bulan yang lalu, gue pengin berubah aja. Gue pengin berdamai dengan
masa lalu gue. Gue pengin memaafkan dan melupakan semua yang terjadi di masa
lalu. Gue gak pengin punya ‘musuh’ dalam hidup gue. Momen lebaran pun menjadi
saat yang tepat, setelah lama tidak kontakan, ada beberapa mantan yang akhirnya
kontakan lagi sama gue. Chating sama mantan rasanya ya biasa aja, kayak temen
lama yang gak pernah saling bertukar kabar. Ketakutan gue akan perasaan yang
dulu tiba-tiba muncul lagi ternyata enggak kejadian. Pokoknya, ya gue jadi
‘berdamai’ dengan mantan gue.
Damainya
gue dan mantan ini pun membawa gue ke sebuah pengalaman yang gak gue
sangka-sangka.
Gue
mengingat agenda gue, karena biasanya hari Minggu pagi gue main futsal, atau
bangunnya siang. Biasanya lebih sering yang terakhir sih. “Ummm… Enggak sih
kayaknya. Kenapa?”
“Kalo
gak sibuk datang ke sini ya...”
Beberapa
detik kemudian muncul sebuah foto di kolom chat gue. Bukan, bukan foto undangan nikahnya dia, kok. Tapi ini...
Do…donor
darah?
Jadi,
si dia ini lagi KKN dan salah satu
program kerjanya adalah donor darah. Dulu, pas awal-awal kuliah, himpunan
mahasiswa fakultas gue pernah ngadain kegiatan donor darah gitu dan gue inget
satu hal: syarat donor darah itu minimal berat badannya 55 kg untuk laki-laki,
sedangkan berat gue cuma… 50 kg. Iya, isi badan gue cuma tulang sama kentut
doang. :”
“Beratku
cuma 50 kg, gak memenuhi syarat deh kayaknya.” Balas gue.
“Loh,
syaratnya minimal kayaknya 50 kg kok.”
Lalu
hening lama. SEJAK KAPAN PERATURANNYA BERUBAH GINI?!
“Kalo
pas-pasan gitu gak apa-apa? Ntar aku pingsan haha.”
“Kalo
kamu gak bisa, ajak aja temen-temenmu juga biar rame.” Chat dari dia muncul lagi.
Sebagai
mantan yang baik, walaupun gue gak bisa bantu donorin darah gue, seenggaknya
gue bantu dalam hal lain: cari massa. Gue juga ngajak beberapa temen gue dan yang mau cuma… satu orang. Siapa lagi
kalo bukan si Dana.
Hari
Minggu pagi, gue dan Dana sampai ke poskonya dia. Kami langsung disambut dengan
spanduk begini:
Untungnya kalimat di spanduknya gitu doang. Gak ada kalimat-kalimat yang bikin para pendonor takut untuk mendonorkan darahnya. Misalnya aja, "Kami akan sedot darah anda sampai habis! Huahahaha!"
Gue pun bertemu dia yang lagi bertugas di bagian registrasi. Setelah lebih dari 2 tahun gak ketemu, ini pertemuan pertama kami. Rasanya ya… biasa aja. Karena emang setelah putus kami memutuskan untuk mencari kebahagiaan masing-masing. Rasa yang dulu pernah ada pun sepertinya sudah gak ada. Bener-bener sebuah pertemuan dengan status ‘teman’.
Dana
pun melakukan registrasi, dia diberikan selembar formulir untuk diisi sebelum
diperiksa oleh tim dari Palang Merah Indonesia (PMI). Gue? Ya duduk lah. Kan cuma
nemenin Dana doang. Gue takut aja pingsan gara-gara berat gue yang cuma 50 kg
doang ini kalo maksain donor darah.
Selesai
melakukan registrasi, Dana nyamperin gue dan kami ngobrol sambil menunggu
pangilan untuk Dana. Lagi asik-asik ngobrol, seorang cowok, temennya dia, mendatangi kami.
“Masnya
sudah isi formulir donor darahnya?” Tanya dia sambil menyodorkan 2 lembar
formulir ke arah kami.
“Oh
sudah tadi.” Kata Dana.
“Saya
juga sudah.” Gue menimpali. Sengaja bohong biar gak disuruh isi.
“Wooooh
belum itu. Beluuuum. Kasih aja. Kasih!” kata dia dan teman-temannya yang lain. Lalu dia ketawa
jahat.
Gue
coba menjelaskan kalo gue kayaknya gak memenuhi syarat sebagai pendonor. Badan kurus,
muka berkantong mata, kantong matanya punya kantong mata lagi. Bener-bener
bukan termasuk ke kelompok pendonor-able.
“Ayo,
Mas. Dicoba isi aja dulu.” Si cowok memberikan lembar formulirnya ke gue.
Begonya, gue terima.
Gue
mengepalkan tangan ke arah dia, yang
tampak sangat bahagia melihat gue ketakutan.
Formulir
gue baca dan isi sesuai pertanyaan. Dari identitas diri hingga ke penyakit dan
obat yang sedang dikonsumsi gue isi. Untungnya gak ada pertanyaan apa kenangan
yang paling diingat dengan mantan. Kan suasananya jadi mendadak mellow entar.
“Dana
Satrian.” Suara cewek terdengar dari sound
system, Dana mengangkat pantatnya dan menuju ke meja anggota PMI untuk
diperiksa sebelum melakukan donor darah.
Gue
sibuk dengan hape gue, scroll timeline instagram mantan yang lain, belum
ada 5 menit, Dana sudah kembali. “Gagal. Katanya kurang istirahat jadi gak
boleh donor.”
JENG
JENG JENG.
Tumbal
gue gagal. Gue baru inget si kampret ini kerja shift malam dan baru aja pulang pukul 8 pagi tadi, belum ada tidur.
Jadi sebelum mendonor rupanya harus istirahat yang cukup dulu.
“Yoga
Cahya Putra.”
Nama
gue disebut. Gue deg-degan, walaupun gue yakin kalo gue pasti gagal juga. Alasannya
cukup jelas: Berat gue kurang dan gue suka begadang. Gue mendatangi meja PMI
untuk pemeriksaan dan gue langsung disuruh menimbang apakah yakin mau donor
darah berat badan gue.
Gue
naik ke atas timbangan elektronik dan layar kecil di sana menunjukkan berat
gue… 50,1 kg.
“Wah
pas-pasan.” Seru seorang ibu-ibu anggota PMI.
“Ja-jadi
bisa donor?” keringet dingin gue keluar.
“Ya
diperiksa dulu yang lain. Silakan duduk dulu untuk diperiksa.”
Gue
duduk.
Seorang
ibu-ibu PMI berbadan gemuk memasang sfigmomanometer di lengan kiri gue. Bukan,
stigmomanometer itu bukan nama daerah di Jerman, tapi alat untuk mengukur
tekanan darah. Ituloh, yang dipencet-pencet lalu lengan kayak kejepit gitu.
“Hmmm…”
Ibu-ibu gemuk tadi melihat angka di alatnya. “110/70. Bagus nih. Bagus.”
“Ja-jadi?
Bisa donor?”
“Masnya
sudah sarapan?”
“Sudah.”
“Tidur
semalem jam berapa?”
“Tidur
jam 2 malam bangun jam 8 pagi.”
“Hmmmm…”
si ibu PMI menghitung menggunakan jarinya. “6 jam, ya? Oh bisa! BISA!”
"Bisa... donor?" tanya gue, memastikan.
Si Ibu PMI hanya mengangguk sambil tersenyum.
LAH
KENAPA MALAH JADI GUE YANG DONOR YA ALLAH? :”
Dana
dan dia yang nemenin gue diperiksa langsung
tertawa bahagia melihat penderitaan gue.
Kemudian
darah gue diambil sedikit untuk diperiksa Hb dan golongan darahnya, lalu gue
disuruh nunggu untuk giliran mendonor darah. Momen menunggu giliran ini entah
kenapa membuat gue makin deg-degan dan bawaannya pengin kabur dari tempat ini.
Gue takut setengah mampus.
“Tenang
aja, nyet. Santai.” Kata Dana.
“Iye,
udah santai ini.” Balas gue. Padahal dalam hati: santai bapakmu kiper!
“Kalo
takut ntar pas donor pegang tanganku aja~” goda dia.
Hmmmm.
Tuh, mantan emang gitu, ya. Sukanya goda-godain biar baper. Untung iman gue
udah kuat.
Gue
pun akhirnya dipanggil. Gue masuk ke dalam ruangan donor. Di sana cuma ada 3
kursi dengan 2 orang ibu-ibu anggota PMI yang bertugas. 2 kursi telah terisi,
orang yang duduk di kursi itu tampak sakaratul maut tiduran dengan santai, dengan kantong
darah setengah terisi.
Gue
duduk dan melihat ibu PMI itu membuka kantong darah baru, menulis sesuatu di
bukunya dan di semacam stiker yang nantinya akan ditempelkan ke kantong darah
itu. Setelahnya gue gak tau apa-apa, gue gak mau lihat sama sekali karena…
takut.
“Permisi
ya, Mas.” Kata si Ibu PMI.
Pas
gue noleh…
JLEB.
Jarum
gede nyolok di lengan kiri gue. Jarum itu terhubung ke selang dan kantong
darah. Resmi, gue donor darah.
“Kalo
pusing bilang ya, Mas.”
Gue
mengangguk.
Setelah
5 menitan, gue gak ngerasa apa-apa. Lemes enggak, pusing enggak, kangen iya.
Pokoknya ya biasa aja, kayak gak kenapa-kenapa, padahal ya darah gue lagi
mengalir menuju kantong darah yang ada di bawah kursi.
Gue
sempet nanya-nanya ke petugas PMI yang jaga. Gue nanya efek samping setelah
donor katanya ada pusing, mual, bahkan pingsan. Tapi katanya itu semua terjadi
gara-gara si pendonor biasanya takut. Uhhh… kalo gue terus takut, bisa-bisa gue
pingsan. Mana pingsannya di depan mantan. Bener-bener gak elit. GUE GAK BOLEH
PINGSAN!
Gue
juga baru tau ternyata rentang waktu mendonor juga ternyata 3 bulan. Paling
cepet sih 2,5 bulan, itupun dengan alasan mendesak. Jadi, gak boleh hari ini
donor, eh besok donor lagi. Gak boleh. Musti nunggu 3 bulan. Ini rentang waktu
donor udah sama kayak durasi pacaran pas lagi sayang-sayangnya, ya.
Gue
juga nanya soal durasi supaya kantong darahnya terisi penuh. Ternyata durasinya
gak nentu. Tergantung tekanan darah si pendonor. Pas gue donor kemaren, gue
termasuk yang lama banget terisi penuh kantong darahnya. Bahkan 2 kursi
pendonor yang tersedia sudah berganti 2x pendonor, gue masih belum kelar. Kata
si ibu PMI, darah gue kental makanya lama. Gue pun disuruh banyak-banyak minum
air putih nantinya. Selain itu juga disuruh banyak makan biar gak kurus begini. Gue jadi curiga jangan-jangan si Ibu PMI ini sebenernya nyuruh cari pacar, biar ada yang ngingetin makan dan minum. Huhu.
Pas
lagi dijelasin begini, seorang bapak-bapak pendonor di sebelah kiri gue, ikutan
nimbrung. “Masnya ini baru pertama kali donor, ya?”
“Iya,
Pak. Hehe.”
“Wah
bagus tuh. Jadi, kalo ada anggota keluarganya butuh darah, gak perlu takut lagi
kan buat donor darah.”
Setelah
gue pikir-pikir ya bener juga sih, ya. Kayaknya kakak-kakak gue belum pernah
donor darah deh. Misalnya ada yang butuh darah, gue udah gak takut lagi
mendonor.
“Nanti
dibiasakan saja donor darahnya.” Lanjut si bapak-bapak itu. “Kayak saya nih. 4
bulan sekali donor. Seger! Kan darahnya ganti. Kayak ganti oli gitu.”
….Gue
mencermati setiap kata dari bapak-bapak tadi dan sepertinya ada yang janggal.
GANTI OLI BAPAKMU KIPER. Itu darah disamain kayak oli masa?! Gue curiga, si
bapak ini kepalanya bocor dan bedarah, gak dibawa ke rumah sakit, tapi ke
bengkel. Kepalanya di-las.
Sekitar
20 menit akhirnya kantong darah gue penuh. Jarum tadi dicabut dan bekas tusukan
di lengan gue segera diplester. Gue pun keluar ruangan diiringi lagunya Queen –
We’re the Champions.
Oiya,
sebelum keluar, sebagai bentuk terima kasih karena telah mendonor, gue dikasih
bir!
Setelahnya
gue duduk, ngobrol-ngobrol sama Dana dan dia
sambil menunggu tangan kiri gue kesemutannya hilang. Sambil meminum air mineral
gue jadi mikir, ternyata semua ketakutan gue selama ini soal mantan gak terjadi
sama sekali.
Satu
hal yang gue pelajari bahwa berdamai dengan masa lalu dampaknya ternyata emang
positif. Selain gak punya musuh dan menyambung lagi silaturahmi, juga bisa
membuka jalan untuk berbuat kebaikan. Melalui donor darah gue berharap bisa
menyelamatkan orang yang sedang membutuhkan...
…Hal
lain yang patut dipelajari adalah ketika pengin ketemu mantan, jangan jadikan
sohibmu tumbal. Apalagi tumbal untuk donorin darah. Jangan.
57 comments
Pertamax
ReplyHuahahaha bagai lagi nonton stand up gue dibikin ngakak teyusss.
ReplyBtw soal jalin hubungan baik sama mantan emang bagus sih dan gue juga pernah kepikiran soal itu dan udah terjadi ke semua mantan hahaha cuma ketakutan-ketakutan rasa dulu muncul lagi itu yang jadi masalahnya hehe.
Tapi kalo si mantan yang udah jalin hubungan baik terus kitanya sama doi sering ketemu sering komunikasi dan lain-lain, mungkin gak sih rasa yang dulu bisa timbul lagi? Bisa mungkin iya bisa mungkin engga dong ya :p
Siluman capung followback blog mba nana dong kalau boyehhh ehehe makacihhh
willynana.blogspot.com
Intinya mantan lo chat cuman nyari tumbal yog, setelah lu pulang, mantan yg lain pada datang dengan modus yg sama "berdamai dengan kenangan"
ReplyBtw, dapat jaman gak? Bahahahah
hahaha, numbalin orang lain, tapi elu sendiri yg kena.
ReplyAduh donor-donor, jarum suntik dan mbak-mbak perawat. Aku phobia sama itu. Ntah, kenapa yah? Takut aja gitu. Darahnya itu aku selalu mikiri kaya terasa mengalir dari urat ke selang. Hadeh-hadeh. Padahal donor ini buat kebaikan. Tapi, aku gak bisa lakuin :v Curhat jadinya.
ReplyHaha, ternyata berdamai dengan mantan membawa sebuah hal positif yaa. Baguslah, asal ntar pulang dari situ jangan pengen balikan lagi sama si Dia.
ReplyKampret lah itu, bisa-bisanya justru malah yang kamu tumbalin gagal dan kamu sendiri yang kena buat donor darah haha. tapi gapapa lah, kan dengan begitu bisa membantu sesama juga. Darah kamu yang ada di kantong itu penting banget bagi yang membutuhkan.
Ciee yang ketemuan lagi sama mantan , gimana ekspresi nya nih ?? gugup gak ??
Replyatau ada kalimat sakti yang lo ucapin dalam hati pas lo ngedeketin dia di tempat registrasi ??.
Kira kira nama nya siapa ya mantannya bang yog ? ha ha ha
Wh ternyata mas yog suka yang namanya manfaatin temen ya , dan pada akhirnya lo sendiri yang jadi tumbalnya :v
Gue ngakak tuh pas ada bapak bapak yang tadi bilang gini :
“Nanti dibiasakan saja donor darahnya.” Lanjut si bapak-bapak itu. “Kayak saya nih. 4 bulan sekali donor. Seger! Kan darahnya ganti. Kayak ganti oli gitu.”
Sampe ngakak gue ketawa :D
Bhangkaaia.
Replysama banget kaya gue pas disuruh donor darah, malah numbalin temen dan temen gue sukses jadi tumbal.
Ya makannya bang kalo mau numbalin temen tuh harus bener-bener niat, cari temen yang yakin banget potensial.
Gue anak PMr tapi belom pernah donor darah, sempet mau udah rebahan giliran mau ditusukin jarum ketangan, tangan perawatnya gue tangkis, jerih sendiri liat jarumnya segede jarum buat jait sepatu. :'')
BAPAKMU PERTAMAX. -__-
ReplySebenernya mantanmu itu cuman cari orang aja buat acaranya dia :p
ReplyUdah berani nih ya ceritanya, untung g pingsan yah. Jadi inget pas dulu praktek lapangan di subang, ada donor darah juga, salah 1 temen cowok, sok ikutan donor darah, eh pas udah donor nih, jarum udah ditancepin, dianya pingsan, kita panik tapi sambil ketawa, gara-gara ni anak ngelakuin hal konyol, pingsan pas donor darah XD
Ya asal udah komitmen gak mau balikan, dan beneran cuma mau berteman aja bisa kok bikin perasaan yang dulu hilang haha
ReplyJAMAN BAPAKMU KIPER.
Reply^^^^^^ Sebuah kesimpulan ^^^^^
Replynah itu... banyak yang takut donor gara2 takut jaru, atau darah, padahal kan donor juga buat kebaikan huhu
Replygue juga gak abis pikir kenapa malah jadi gue yang donor hahaha
Replyyoi. poin positifnya banyak sih yang gue dapet, salah satunya ya itu, jadi bisa berbuat baik.
ketemu mantan mah biasa saja huahaha
ReplyHUAHAHAHA KITA JAHAT YA >:)
Reply...tapi lo berhasil numbalin, gue enggak :"
IYA ITU JARUMNYA GEDE BANGET BANGKE. GUE SAMPE KAGET PAS ITU NYOLOK DI LENGAN :|
NAH! itu yang sebenernya juga gue takutkan, pingsan, mana ntar kalo pingsan di depan mantan. kan gak keren :"
ReplyInget Yog, jangan lupa 'berdamai' tiga bulan lagi.
ReplyHahaha anjrit ini mirip-mirip cara yang dipake sindikat geng motor buat ngejebak musuhnya.
ReplyNyuruh anggota cewek > ngejebak si calon korban dengan cinta > sepik-sepik ketemuan > keroyok.
Bedanya ini bukan dikeroyok, tapi ditumbal donor darah haha. Tapi ngomong-ngomong Yog, dedikasi lu sebagai mantan-pacar tinggi juga yah, gak kebayang deh gimana pas masih pacaran. Kayaknya disuruh cuci muka pake balsem Geliga juga nurut yah...
Itu sebenernya darah lo dikumpulin buat disantet yog...
Reply(((jaman)))
ReplyHahaha aku termasuk tipe pertama, ogah ketemu mantan.
ReplyCieee akhirnya kalian malah ke PMi dan malah km yg akhirnya donor hahaha selamat ya.
Lain kali jangan tidur larut malam biar makin bisa ikut donor lagi eh
Bersyukurlah gua sama mantan-mantan masih bisa temenan tanpa harus kehilangan darah hahaha. Ya, bertemen sama mantan itu emang ga gampang, tapi kalo lu bisa, itu akan lebih baik. Karena biar bagaimana pun juga, lebih baik jika di dalam hidup kita bertambah satu orang teman daripada bertambah satu orang musuh, setuju?
ReplyCIYEEEEEE SI MANTAN DAPAT JATAH DARAH DARI YOGA CIYEEEEEEE...... CIYEEEEE YOGANYA MALAH NGGAK DAPAT JATAH MANTAN CIYEEEE.....
ReplyAnak Stand Up BPN ya, Yog? CIYE LAGI CIYEEEEEEEEEEEE.
Aku juga termasuk tipe pertama. Aku susah buat menjalin silaturahmi sama mantan. Kecuali kalau dia dulunya sahabat satu perkumpulan, pas putus ya masih bisa. Tapi kalau enggak, ya susah. Betapa lebarnya pintu maaf orang-orang yang masih bisa temanan baik sama mantan. Lah aku sempit :(((
Loh mana mas foto mantannya ? wkwk
Replyserem kan donor darah itu, sampai sekarang aku masih belum berani buat donnor darah. kalo ngeiat jarum rasanya geli2 gitu hampir sama seremnya sama kayak kecoa terbang
Mau nya temen lu yg bakalan jd tumbal, eeekkk malahan elu. Rasakan itu TUAN MAKAN SENJATA!!! WUAHAHAH
ReplyGue harus ketawa atau gimana ya Yog? Tragis bener hidup lo. XD Iya, kali. Berdamai dengan mantan harus kek gitu caranya. Siapa yang mau donor, eh, elonya yang jadi korban.
ReplyTapi bener kata bapak2 itu, Yog. Lo kek ganti Oli kalo donor darah. Gitu... Ganti OLI bapkmu kiper!. Hahahaha.
Setelah pulang Donor, mabuk gak Yog? Tuh, dikasih BIR (BEAR itu WOY!!!).
Paling gak ada sisi positifnya. Kalo mantan butuh darah kamu gak takut donor lagi :))
ReplyAtau tinggal kasih tangan mu terus suruh dia gigit aja, ambil sepuasnya ��
sebenarnya ini headlinenya itu ketemu sama mantan atau perjuangan ngerasain donor darah pertama kali seumur hidup?? gayanya aja sok udah kuat iman padahal gimana jadinya itu 2 tahun nggak ketemu dan ini pertemuan pertama kali, pasti deg deg sir dor.
Replygue jadi pingin juga gitu. gue udah nggak ketemu hampir 4 tahun sama pacar gue. gue jadi pingin tau apa reaksi gue saat ketemu sama dia. biasa aja kah, atau pingin mewekkah, atau pingin ketawa? penasaran jadinya...
ngomong ngomong emang lo kurus banget sih ya, tapi alhamdulillah bisa membantu sesama khan bro Yog
Asek ketemu mantan, untung berdamai, coba ditagih utang hahaha..
ReplyCukup tragis nasib mu bang, kirain gue dana yg bakala donor, eh dugaan gue salah, tapi gapapa bang, lo udah berbuat baik secara khilaf
Healing. Berdamai sama masa lalu masih bisa temenan pula. Nais. Kalo gw mah kadang masih deg2an gitu kalo ketemu mantan. Ini malah bisa donor darah pula. Ralat, donor darah karena korban yang dibawa salah. Harusnya kamu bawa massa yang buanyak banget tuh. Supaya elonya nggak kena. Haha. Salam buat si Dia ya Yog. sama bapak2 yang merangkap jadi kiper.. hahahaha.
ReplyWhahaha, ko gue gak pernah coba chat mantan kaya elu ya yog? bawaan nya males atau baper. Tapi kayaknya yg baper itu deh yg bener.
ReplyKeren2 tuh udah jalin silahturahmi lagi sama mantan. Jgn goyahh yogg imanmu
Cie ketemu mantan haha. Untung juga tuh jarumnya tusuk di tangan, bukan di hati. Kalo di hati nanti kenangan lo bersamanya bakal ilang dong haha.
ReplyNgakak pas seorang bapak-bapak nanya lo pas lagi donor. Ganti oli haha. Gue jadi pengen buat donor darah, tapi pengen-pengen takut gitu. Takutnya pas jarum nusuk buat selang. Kayaknya sakit deh.
Berdamai dengan mantan karena donor darah yang syarat minimum berat badannya dipangkas jadi 50 kg, what a story bro, hahaha. gue juga sebenernnya tiper pertama, mungkin gue harus menunggu momen dimana mantan gue ngajak donor ddarah ya
ReplyJangan-jangan nanti endingnya Cinta Lama Bersemi Kembali karena donor darah. Jadi kayak FTV.
ReplyMemang sih, berdamai dengan mantan itu susah pake banget. Tapi, jangan sampai itu menghalangi kita berbuat kebaikan.
dulu sempet pengen donor darah, eh berat badan selalu gak merestui. mana mahasiswa suka kurang tidur hiksss
Replytapi berbuat kemanusiaan gak hanya door darah sih, jadi gapapa gak bisa donor #menghiburdirisendiri
btw, kenapa sih harus musuhan sama mantan? kan di agama gak boleh musuhan. jadikan pelajaran aja apa yg kita pernah lakuin di masa lalu, hehe
donor lagi ya :')
Reply(((sindikat geng motor)))
Replyya sebagai mantan yang baik gue hanya ingin membantu :')
KOK JADI HOROR GINI BANGKE
Reply(((OGAH KETEMU MANTAN)))
ReplyYAP. Ini yang gue pikirin saat mutusin berdamai sama masa lalu :))
Replylo ciye sekali lagi gue cambuk lho.. :)
Replyah lo kan ldran dan jarang ketemu, jadi buat apa temenan sama mantan huwoooo~
jangan dipost lah haha
Replygak serem2 amat kalo jarumnya udah nyolok sih :))
LO KAYAKNYA BAHAGIA SEKALI, YA!
ReplyGak juga musti donor darah sih. momennya kebetulan aja pas haha.
Replyambil sepuasnya bapakmu kiper!
Reply4 tahun ya haha. paling biasa ajasih, kan usia nambah pola pikir jadi makin luas juga dan gak ada tempat buat galau2in mantan :))
Replyiya, gue kurus banget. sedih liatnya.
yoi. bisa berbuat baik... walaupun gak sengaja huahaha
Replyiya, kurang banyak bawa massa jadinya malah gue yang kena huahaha
Replykalo lo baper berarti iman lo masih lemah huahaha.
ReplyKALO DITUSUK DI HATI YA MATI WOY -__-
ReplyHayuk cobain donor. seger lho. :))
...ya gak juga musti diajak donor baru damai sama mantan sih ya haha
Replyyoi. itu poin utamanaya.
Replyhaha sama nih, masalah berat badan menghalangi. gue aja pas-pasan :')
Replyhmmm kalo bawa2 agama sih sebenernya kan gak ada istilah pacaran juga xD
Hua hua hua..
ReplyGue kira tadinya ni cerita lebih ke mantan, ternyata enggak.. Bagus kau.. Move on juga..
Bapakmu kiper...
Ini ko bisa kebetulan gini ya bang, pas donor darah :D
Replydari bisa diambil positifnya ya bang, berbuat kebaikan itu tidak memandang siapa pun, yg pentin gikhlas :)
Wah, dapet susu beruang juga ya bang.. gue paling suka tuh, kadang sekali minum smpe 3 botol .. wkwk
Post a Comment
Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca postingan gue. Gak perlu ninggalin link blog untuk dapet feedback, karena dari komentar kalian pasti dapet feedback yang sepadan kok.
Terima kasih!