Di kota Balikpapan, ada kalimat yang sangat melegenda: Balikpapan sempit, Bos! Kalimat
ini timbul karena sering banget kejadian misalnya begini:
Gue
kenalan dengan si A. Si A ngenalin gue ke si B. Si B ternyata temen gue.
Atau…
Gue
PDKT dengan si B. Si B ternyata kenal sama si C. Si C itu mantan gue yang
terakhir. Gue gagal PDKT dengan si B karena si B takut dianggap PHO alias perusak
hubungan orang sama si C.
Makanya,
jadi playboy di Balikpapan itu susah.
Tapi
jujur aja, gue kesel banget sama kalimat ‘Balikpapan sempit’ itu. Alasannya
simple: kalimat itu hanya berlaku untuk
pergaulannya aja. Untuk wilayah, gue ngerasa Balikpapan itu luas. Bukti
nyatanya adalah sering banget kehujanan gara-gara perbedaan cuaca antar
daerahnya. Misalnya aja rute gue ke kampus:
Manggar
(Rumah gue) -> Batakan -> Sepinggan -> Gunung Bakaran -> Damai
(kampus).
Nah,
ketika di rumah gue hujan, di kampus gak hujan.
Ketika
di kampus hujan, di rumah gue gak hujan.
Di
rumah gak hujan, gue ngechat temen yang rumahnya deket kampus katanya di kampus
gak hujan, pas lagi menuju kampus, eh di Sepinggan gue kehujanan. Kampret banget.
BALIKPAPAN
SEMPIT APAAN COBA?!
Efek
beda cuaca ini lah yang menyebabkan gue sering banget kehujanan. Saking
seringnya kehujanan, kalo ada yang nanya hobi gue apaan, bawaannya pengin
jawab, “Kehujanan, coy!”
Keren
abis.
Karena
sering kehujanan, gue mulai googling apa saja dampak buruk kehujanan dan gue
menemukan fakta bahwa kehujanan membuat baju basah, juga membuat orang jadi
bego. Dan ini, beneran terbukti…
Kemaren,
pas menuju kampus dalam misi rahasia operasi midoriyama edisi bimbingan
skripsi, ketika memasuki daerah gunung bakaran, tiba-tiba aja hujan deres aja
gitu, gak ada gerimis atau rintik-rintik dulu. Sumpah, gue kaget banget. Kagetnya
udah kayak dikabarin kalo dosen pembimbing pindah ke luar negeri.
Karena
gak mau maskara gue luntur dan lagi gak bawa mantel, gue pun segera menepikan
motor gue dan berteduh di sebuah kios kecil yang sedang tutup. Tanpa melepas
helm, gue tinggalkan si Vixie terparkir mesra di pinggir jalan bersama motor
Supra xxx.
 |
Difoto ketika sudah reda dan orang yang berteduh udah pada bubar |
Di
depan kios itu sudah ada mas-mas yang berteduh juga. Gue melakukan screening dari atas sampai bawah dan
menyimpulkan bahwa si mas-mas ini adalah seorang security. Selayaknya orang
Indonesia tulen, pasti akan terjadi sebuah basa-basi gak penting, dan ini
kejadian beneran. Si mas-mas tadi nanya, “Neduh, Mas?”
“Hehe..
Iya, Mas. Hujan hehe.” Jawab gue. Dalam hati: YA IYALAH NEDUH, MASA NAGIH
UTANG?!”
“Rokok,
Mas.” Si mas security nyodorin gue sekotak rokok.
Jujur,
ketika dalam situasi seperti ini, gue bingung apa maksud dari tindakan nyodorin
rokok itu? Di kepala gue ada 3 kemungkinan:
1. Menawarkan
gue untuk mengambil rokoknya.
2. Menanyakan
ke gue kalo itu rokok atau bukan dan berharap gue menjawab, “Iya, Mas. Itu
rokok.”
3. Memberi
tahu gue kalo itu rokok dan berharap gue menjawab, “Oh ini toh yang namanya
rokok! Nice info, gan!”
Karena
bingung, yaudah gue mengangkat tangan gue dan bilang, “Iya, Mas.” Tapi gak gue
ambil juga rokoknya.
Si
mas security senyum.
Makin
lama hujannya makin deras, hal ini berbanding lurus dengan mulai banyaknya
orang yang ikutan berteduh. Orang yang berteduh aneh-aneh aja gitu. Ada seorang
mbak-mbak yang pakaiannya sudah basah setengah datang untuk berteduh.
Pakaiannya yang basah membuat otot di lengannya tercetak jelas. Ada juga
mas-mas gojek yang ikutan neduh, hapenya pasti gak anti air. Ada juga yang
neduh, tapi pake jas hujan.
Orang-orang
ini semua bertujuan sama: menunggu kapan berhentinya hujan. Ada dua tipe orang
saat berteduh. Tipe pertama adalah yang setia menunggu sampai benar-benar reda.
Tipe kedua adalah orang yang nekat melanjutkan perjalanannya ketika hujan baru
reda sedikit. Padahal bisa aja baru jalan sebentar, hujannya deres lagi. Mungkin
orang-orang ini emang harus datang tepat waktu sesuai jadwalnya.
Seorang
mas-mas berjalan menuju motornya, men-standar dua-kan motor matic-nya, lalu dia
mulai men-starter motornya dengan cara diengkol.
Sekali
engkol, gagal.
Dua
kali engkol, gagal.
Tiga
kali engkol, gagal.
Orang-orang
yang berteduh bukannya nolongin, malah cuma ngeliatin sambil senyum-senyum
sendiri. Gue sendiri cuma bisa bersimpati. Kasian aja gitu udah hujan, motornya
mogok pula.
Entah
sampai percobaan ke berapa, mungkin 1.875 dan kakinya mulai cedera hamstring, dia
pun berhenti, lalu kembali berteduh dengan wajah bingung dan basah. Mungkin
bingung kenapa motornya gak mau nyala, bingung juga gimana caranya sampai ke
tempat tujuan tepat waktu. Baru aja neduh, dia gak menyerah begitu aja. Dia
balik lagi ke motornya! Jika orang ini golongan PHO alias Perusak Hubungan
Orang, bener-bener bahaya, nih. Berkali-kali nyoba ngerusak hubungan targetnya,
walaupun gagal akan terus berusaha sampe si cewek akhirnya jadi pacar dia.
Di
bawah guyuran hujan, dia kembali menarik starter kaki motornya. Mengencangkan
otot-otot di betisnya, lalu mulai menyiapkan tendangan terbaik untuk
mengengkol. Dia mengambil ancang-ancang, memusatkan konsentrasi di kaki,
kemudian… engkol!
Engkolan
pertama, masih gagal.
Engkolan
kedua, masih gagal.
Engkolan
ketiga, masih gagal.
Ngeliat
ekspresi bingung mas-mas itu, gue mulai kasihan dia, tapi mau bantuin gue juga
gak ngerti soal motor. Gue ngencengin rantai di bengkel aja bayar 20 ribu
padahal kata bokap gue bayar 5 ribu aja cukup.
Yha.
Gue emang sebego itu.
Si
mas-mas tadi masih berusaha mengengkol motornya, otomatis dia makin jadi objek
perhatian seluruh orang yang neduh di situ. Beberapa orang mulai ketawa-ketawa
kecil sambil geleng-geleng kepala melihat si mas-mas yang ngengkol motor itu.
Hingga akhirnya mas security yang di sebelah gue angkat suara, “MAS, ITU STANDARNYA BELUM DINAIKIN.”
Lah,
iya. Gue baru sadar kalo standar motornya dia masih turun. Motor matic kan gak
bakal bisa di-starter kalo standar sampingnya turun.
Si
mas-mas tadi langsung melihat ke arah bawah motornya, standar sampingnya emang
belum dinaikin, dia pun menendang standar itu agar naik, lalu kembali
mengengkol motornya dengan wajah menahan malu. Dalam sekali engkol, motornya
berhasil menyala, dia pun menutup kaca helmnya, ngebut dan pasti langsung
mengganti bio twitternya dengan quotes “I LOVE RAIN BECAUSE NO ONE SEE MY TEARS”.
Pesan
moral:
1. Hujan
bikin jadi bego
2. Lebih bego orang yang sudah tau solusi dari masalah orang lain, tapi dia memilih diem
aja dan menikmati kebodohan orang lain sebagai hiburannya.
3. Yoga
ganteng banget.