Selayaknya mahasiswa tingkat akhir pada umumnya, kegiatan gue belakangan ini gak jauh-jauh
dari yang namanya skripsian.
*backsound: musik
kematian*
Jadi,
proses skripsian yang gue lalui dimulai dari mencari judul. Beda dengan membuat
novel yang judulnya bisa dipikirin pas naskahnya sudah jadi, skripsi gak bisa
gitu. Kita harus menemukan judulnya dulu, baru deh mulai kerjain. Bedanya lagi,
kalo judul novel ditolak penerbit, kita tinggal cari judul baru tanpa mengubah
isi naskah, sedangkan skripsi, saat seminar proposal bisa aja disarankan
penguji untuk merubah judul dan otomatis mengubah isi skripsi kita. Udah
capek-capek nemuin judul, nyari teori buat bikin proposal, pas seminar proposal
disuruh ganti. Lebih nyesek begini daripada diputusin pas sayang-sayangnya.
Sumpah.
Mencari
judul skripsi ini sungguh menguras pikiran. Dalam setiap aktivitas yang gue
lalui, gue selalu kepikiran, biarpun gue udah se-masa bodo mungkin. Tiap mau
tidur gue kepikiran, tiap lagi makan juga kepikiran, liat foto mantan, juga
kepikiran dia sudah ngapain aja sama pacar barunya.
*backsound:
lagu-lagunya Adele*
Setelah
menemukan judul dan disetujui, gue pun mulai garap proposal (BAB I- BAB III).
Gue mulai observasi untuk nyari data awal untuk dijadikan latar belakang,
bolak-balik perpustakaan untuk nyari teori karena gue gak mau beli buku,
mending pinjem dan difotocopy daripada beli satu buku tapi isinya cuma ada
secuil dari teori yang gue pake. #MahasiswaEkonomi #GakMauRugi
Dalam
menyusun proposal itu, gue sudah mengalami siklus umum mahasiswa tingkat akhir,
yaitu:
Iya,
siklus itu tidak akan berhenti sampai proposal gue di-acc untuk bisa lanjut ke
seminar proposal.
Gue
juga udah rasain yang namanya menunggu dosen pembimbing selama 2 jam tapi
bimbingannya cuma 10 menit, ngeprint proposal berkali-kali sampe cartridge gue
rusak, dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2 beda pendapat, dengerin suara
syahdu pulpen dosen pembimbing mencoret proposal gue, hingga akhirnya keluar
juga kalimat dari dosen pembimbing, “Oke, minggu depan kamu maju seminar proposal.”
AKHIRNYA
DI-ACC JUGA! GUE BAKAL SEMINAR PROPOSAL JUGA! SELAMAT TINGGAL REVISI!
*Backsound:
lagu-lagunya Maher Zein*
Satu
minggu terakhir di bulan Maret kemaren gue isi dengan mengurus segala macam
administrasi untuk ikut seminar proposal, mulai dari melengkapi dokumen
persyaratan, fotocopy proposal gue 4 rangkap untuk 2 orang dosen pembimbing dan
2 orang penguji, tak lupa mengurus konsumsi bareng temen-temen gue yang bakal
seminar juga. Begitu semuanya sudah beres, gue langsung nangis melihat isi
dompet gue. BANGKRUT ABANG, DEK!
Kedua
dosen pembimbing sudah berdiskusi untuk menentukan jadwal kapan gue dan
temen-temen gue seminar, yaitu 2 April. Untungnya bukan 1 April, gak kebayang
kalo pas 1 April gue seminar, pengujinya gak ngasih masukan apa-apa, proposal
gue dibilang sudah sempurna, gue layak dapat penghargaan adipura, lalu dengan
entengnya beliau bilang, “APRIL MOP! HAHAHAHAHA!!!!”
Bangke
abis.
Undangan
untuk para dosen pembimbing dan penguji pun sudah kami terima dari bagian
administrasi, tinggal kami berikan undangan itu beserta fotocopy proposal kami.
Semua proses itu gue lalui dengan lancar jaya, hingga akhirnya saat H-3….
“Loh?
Saya nanti malam ke luar kota.” Kata dosen gue di ujung telepon.
“Bapak
penguji kami di seminar proposal. Ini saya mau ngasih undangannya. Bapak kapan
kembali dari luar kota?” Tanya temen gue.
“Tanggal
3 April.”
“….”
Kami
berempat tatap-tatapan. Lalu saling berpelukan.
INI
BISA-BISA GAK JADI SEMINAR YA ALLAH!!!
“Oke,
kita bilang dospem 1 aja minta ganti penguji. Jam segini lagi ngajar. Kita
tunggu aja.” Kata gue. Kebetulan dospem 1 gue adalah ketua program studi gue,
jadi beliau yang ngatur-ngatur masalah begitu.
“Oke.”
Temen-temen gue sepakat.
Bolak-balik
liat jam, gak terasa kami sudah menunggu hampir 2 jam. Gue coba Tanya ke bagian
administrasi tentang keberadaan dospem gue itu. Jam segini beliau seharusnya
sudah selesai mengajar, tapi gue sama sekali gak liat keberadaan beliau. Apa
jangan-jangan dospem gue tau kami sudah menunggu jadi beliau masuk ke dalam
faklutas memakai jurus menembus tembok?
“Saya
sih belum liat beliau dari pertama saya datang.” Kata mbak admin, “Coba aja
telepon.”
“Uhhh…
Oke, makasih, mbak.”
Temen
gue segera mengambil handphonenya. Beberapa saat kemudian dia bilang, “Nomornya
gak aktif.”
Kami
berempat tatap-tatapan lagi. Lalu saling berpelukan lagi.
*backsound: lagu-lagunya
Adele*
“Coba
terus!” Saran temen gue yang lain.
Temen
gue yang tadi nelpon memencet tombol redial dan mengarahkan handphonenya ke
telinganya, memicingkan matanya, perlahan bibirnya terbuka dan berkata, “GAK
AKTIF LAGI! HUHUHUHU!”
“….”
Temen
gue gak menyerah, dia pencet tombol redial berkali-kali dengan penuh harapan
bahwa teleponnya tersambung dan segera diangkat. Sudah mirip kayak berantem
sama pacar yang cuek.
“GUYS!
NYAMBUNG!!!” Kata temen gue, heboh.
Kami
langsung sujud syukur.
“Hello…”
kata dospem gue di ujung telepon.
Temen
gue menjauhkan teleponnya, panik dan bahagia bercampur menjadi satu, dia nunjuk-nunjuk handphonenya lalu bicara dengan
gerakan bibir tanpa suara, “DIANGKAT! DIANGKAT!!! INI JAWAB APA?! JAWAB
APA?!!!”
“IT’S
ME!” Kata gue.
Mereka
bertiga menatap gue dengan tatapan membunuh. Lalu mereka melanjutkan...
"I was wondering if after all these years you'd like to meet
To go over everything
They say that time's supposed to heal ya
But I ain't done much healing"
"I was wondering if after all these years you'd like to meet
To go over everything
They say that time's supposed to heal ya
But I ain't done much healing"
Setelahnya,
temen gue menjelaskan permasalahan kami. Dospem gue ternyata lagi gak ada di
kampus karena… sakit. Jadilah besoknya baru bisa untuk mencari penguji
pengganti dan bikin undangan baru, alias H-2. Untungnya, proses mencari
pengganti dosen penguji untuk seminar gue berlalu tanpa hambatan, undangan
sudah jadi dan diberikan. 2 Hari lagi gue seminar.
*****
Hari
yang dinanti-nantikan pun tiba. Siang itu gue bersama ketiga temen gue sudah
siap. Kami datang satu jam lebih awal dari jadwal untuk menyiapkan segalanya.
Menyiapkan power point kami, menyiapkan konsumsi dan menyiapkan jurus pura-pura
amnesia ketika gak bisa jawab pertanyaan dari dosen penguji.
Temen-temen
gue yang masih pusing sama revisian datang untuk jadi penonton. “Kamu kok
tenang-tenang aja? Kamu yang mau seminar kok aku yang deg-degan, ya?” kata
mereka. Gue sendiri berusaha setenang mungkin, padahal dalam hati gue deg-degan
setengah mampus.
Para
dospem dan penguji sudah duduk di kursinya masing-masing. Seminar dibuka dengan
pembukaan dan pembacaan doa. Seminar dilakukan dengan presentasi selama 10
menit secara bergiliran, setelah selesai semua, baru deh dikasih masukan atau
ditanya-tanya.
Gue
yang maju pertama, setelah selesai presentasi gak bisa lega begitu aja. Tiap
temen gue yang lain maju, gue jadi deg-degan juga. Setelah semua selesai
presentasi, bagian gak enaknya dimulai…
“Yoga,
ini kata pengantarnya salah.” Kata penguji. “Di atas sudah mengucap puji syukur
kepada Tuhan, dibagian bawah yang mengucapkan terima kasih tidak perlu ditulis
lagi Tuhan YME.”
MASYA
ALLAH… BARU KATA PENGANTAR SUDAH SALAH!
“Di
Bab I, banyak paragraph yang tidak perlu. Mulai dari paragraph 3 halaman 1
sampai…” sang penguji membalil-balikan halaman proposal gue. “Halaman 3, itu
dicoret saja.”
INALILLAHI…
ITU SATU HALAMAN DICORET SEMUA?
Gue
cuma bisa manggut-manggut aja nerima saran dari penguji. Sambil menahan rasa
sesak di dada.
Kali
ini gantian penguji 2 yang angkat bicara.
“Yoga…
Dalam penelitian ini, anda menggunakan berapa variable?”
Mendapat
pertanyaan seperti ini, gue curiga jangan-jangan pengujinya gak percaya kalo
proposal ini gue susun sendiri. Ini kan pertanyaan mendasar banget.
“Terima
kasih atas pertanyaannya, Pak.” Kata gue, tenang. “Saya menggunakan 4 variabel.
3 variabel x dan 1 variabel y.”
“Hmmmm…”
sang penguji mengusap dagunya. “Yang mana variable terikat? Yang mana variable
bebas?”
Mendapat
pertanyaan mendasar seperti ini, gue jadi makin curiga jangan-jangan pengujinya
gak percaya kalo proposal ini gue susun sendiri. Gue pun menjawab dengan
tenang. Setelah selesai menjawab pertanyaan mendasar tadi, penguji mulai
mengomentari isi proposal gue.
“Sama
seperti penguji 1, kata pengantarnya tolong nanti dibetulkan.”
Gue
manggut-manggut.
“Latar
belakang juga kurang detail. Tolong ditambahkan.”
Gue
manggut-manggut, lagi.
“Bab
dua, aman.”
Gue
sujud syukur. Karena bab 2 isinya teori-teori dan gue lumayan kesulitan nyari
teori buat proposal gue, kalo disuruh nambahin, bisa nyita waktu banget.
“Bab
tiga. Populasi dan sampel, di sini sampel kamu 171 dari jumlah populasi 299.
Apa tidak kebanyakan? Waktu penelitianmu ituloh… Saya sarankan mengambil 30%
dari jumlah populasinya saja.”
Dan…
yeah, gue terima aja saran dari para penguji dan dospem saat itu. Karena gue
yakin, mereka tidak akan memberatkan atau membuat sulit penelitian yang akan
gue laksanakan. Malah mereka membantu kami agar kami bisa cepat melaksanakan
penelitian, mengolah data, sidang dan lulus sebagai sarjana. Seminar pun
selesai, ditutup dengan ucapan syukur dan…
“Kalian
saya beri waktu untuk revisi selama 1 minggu, setelah selesai revisi, temui
para penguji untuk minta tanda tangan, baru temui dosen pembimbing untuk
meminta tanda tangan, baru kalian bisa mengurus surat melaksanakan penelitian.
Paham?” kata dospem gue.
Kami
berempat tatap-tatapan.
Perjuangan
gue ternyata masih berlanjut. REVISI, GUE DATANG KEMBALI!
14 comments
Baru ngerasain revisi dan di coret2 pas mau skripsi. Gue udah kenyang ama yg begituan dari maba yog. Dkv keras jendral *sok membandingkan* *lempar cover skripsi*
ReplySalah nih gue baca ginian. Jadi keinget revisian yang belum kesentuh sejal seminggu lalu.
ReplyMeh. Itu kan cuma matkul doang, nilai jelek bisa ngulang. Ini skripsi, kalo jelek, mau ngulang juga mikir-mikir :|
ReplySalah nih gue baca ginian. Jadi keinget revisian yang belum kesentuh sejal seminggu lalu.
Replyhiks,gagal pertamax ketinggalan mulu
ReplyANJIR INI KOK LO BARENG-BARENAN GITU SIH SAMA TEMEN LO PRESENTAASINYA? ASOY BENER COOOOY! Muahahaha. Kata pengantar aja dikomen astaga. :")
Replypas sidang akhir baru sendiri-sendiri, Di. :))
Reply....
Replykerjain, Us!
ReplyTapi masih mending bangyog nunggu dosbing berjam-jam gapapa deh daripada nunggu dosbing yg hobinya keluar negeri mulu nelantarin mahasiswa bimbingannya:')
Reply...seriusan ke luar negeri? gue cuma bisa bilang: GOOD LUCK, YA! :')
ReplyLo ngerjain skripsi berapa bulan? Galau sampe 2 bulan gue gara" disuruh ganti judul
Reply4,5 bulan kalo gak salah itung. Emang dikebut sama dospem gue juga soalnya jadi agak cepet kelar :))
ReplySalam kenal bang yog. Gue mau minta saran nih. Dosen pembimbing 1 gue kan lagi cuti 3 bulan.sdangkan gue udah di acc sama 2 pembimbing gue termasuk beliau. Kalau gue samperin ke rumahnya buat negosiasi dateng ke semprop gue sopan gak yah?
ReplyPost a Comment
Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca postingan gue. Gak perlu ninggalin link blog untuk dapet feedback, karena dari komentar kalian pasti dapet feedback yang sepadan kok.
Terima kasih!