Akhirnya
tiba juga di bulan September. Bulan penuh update-an
lagunya Green Day – Wake Me Up When September Ends di berbagai media sosial. Di
bulan Agustus kemaren gue sama sekali gak ada update postingan di blog ini.
Alasannya klasik: sibuk di dunia nyata.
Tapi,
gue bukannya mengkambing hitamkan nama sibuk. Gue bener-bener sibuk. Jangankan
buat ngetik, buat buka Microsoft word aja gue gak sanggup karena lelah
beraktifitas seharian. Bukan, gue bukannya nyuci candi atau kerja yang
berhubungan dengan dunia kuli. Gue ngelakuin hal yang bener-bener gak pernah
gue bayangkan sebelumnya.
Oke,
cukup basa basi gak gunanya. Sebaiknya baca baik-baik karena ini akan sangat
panjang. Sepanjang jalan kenangan dengan pacar yang udah pacaran 5 tahun
tau-tau putus karena orang tuanya gak setuju.
Kisah
ini bermula di bulan Juli, ketika gue sedang melakukan ibadah di siang hari
yaitu tiduran di kamar. Iya, bulan Juli kemaren kan pas puasa dan tidur di
bulan puasa adalah ibadah. Lagi asik-asik ibadah tiba-tiba terdengar nada chat
LINE masuk ke hape gue.
“Ah,
paling dari LINE COOKIE RUN!”
Jiwa
jomblo gue emang udah pro. Bisa bedain mana chat brengsek, mana chat dari temen
hanya dari suara notifikasinya. Ibadah tiduran pun gue lanjutin.
“TINUUUNG!”
Suara
chat LINE gue kembali terdengar. Sebagai jomblo akreditas A gue kesel kalo ada
chat LINE yang isinya ngajak main game. Ini beda kasus kalo isinya ngajak
kenalan, siapa tau bisa jadian. Gue abaikan lagi dan melanjutkan ibadah gue.
“TINUUUNG!”
“TINUUUNG!”
Gue
mulai emosi karena nada chat yang masuk berkali-kali, lebih-lebih karena gue
yakin isinya dari LINE COOKIE RUN. Gara-gara ini puasa gue hampir batal hari
itu. Untungnya iman gue masih kuat. Kolak pisang yang sudah gue ambil semangkok
akhirnya gue simpan lagi. Gue melanjutkan ibadah lagi sambil menunggu waktu
buka puasa.
“TINUUUNG!”
“TINUUUNG!”
Suara
ngeselin itu kembali terdengar. Gue menyerah. Hape yang ada di samping telinga
gue ambil dan baca chat yang masuk dengan seksama. Ternyata gue telah melakukan
dosa besar: gue suudzon dengan LINE COOKIE RUN di bulan puasa.
Isi
chatnya bukan dari dia, tapi dari teman sekampus gue. Isinya kurang lebih seperti
ini:
“Yog,
ditawarin Bu Susanti (Nama dosen gue, sudah disamarkan) buat ikut sensus rumah
dinas p*ertamina (RDP). Waktunya satu bulan, dari awal Agustus. Dapet duit per
rumahnya.”
Gue
mikir sebentar. Sensus? Buat apa? Apa kah ini ada hubungannya dengan sengketa
pilpres? Apakah gue bakal kerja sebagai lembaga survey abal-abal?
Gue
balas chat itu daripada gue salah sangka, “Sensus? Buat apa?”
“Ya
buat pendataan.”
“Pendataan
jumlah kaum jomblo di rumah p*ertamina?”
“BUKAN!
Susah dijelasin, aku juga rada gak ngeh sih.
Datang aja ke kampus besok untuk jelasnya.”
Bulan
Agustus adalah bulan terakhir liburan kuliah gue. Awal September gue sudah
mulai kuliah lagi. Masa iya gue habiskan masa-masa liburan gue dengan kerja
yang belum jelas tujuannya? Temen-temen SMA gue pada mudik, ntar gue gak bisa
nongkrong dong kalo kerja? Dengan pertimbangan sederhana itu gue tolak
ajakannya dengan alasan diplomatis.
“Agustus
ya? kayaknya gue sibuk ngecat tiang bendera. Gak ikut deh.”
Gue
meletakkan kembali si hape di samping gue dan mulai melanjutkan ibadah tidur.
Baru aja mulai merem, suara notifikasi LINE kembali terdengar. Sepertinya temen
gue itu gak nyerah buat ajak gue. Karena penasaran dengan usahanya bakalan
seperti apa dalam merayu, gue segera mengambil hape gue,
“SIAL.
LINE COOKIE RUN!”
*****
Bulan Agustus.
Lebaran
pun tiba jua. Hari yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim sedunia. Lebih
spesifik: ditunggu-tunggu oleh bocah pengincar THR.
Gue
pun juga berharap banyak dapet THR di idul fitri kali ini karena pengeluaran
gue selama bulan ramadhan bener-bener tak terkendali. Dalam seminggu bisa-bisa
gue dapet ajakan untuk buka puasa bareng 8 kali. Jika gue datang semua, bisa
dipastikan dompet gue mengalami kejebolan sedalam Palung Mariana.
Harapan
ternyata tak sesuai kenyataan. Harapan manis terkadang terbalas dengan
kenyataan pahit. THR yang gue dapet makin berkurang dari tahun ke tahun
seiiring dengan bertambahnya usia. Harapan dapat dollar, kenyataannya gulung
tikar.
Demi
kelangsungan hidup dompet selama libur kuliah, gue berubah pikiran. Gue pun
mutusin ikut masuk ke tim survey perumahan. Toh, nyensus gak mungkin seharian,
kan? Malam harinya gue masih bisa nongkrong bareng teman SMA. Itung-itung ngisi
liburan di pagi hari daripada gue tiduran mulu. Tiduran selain di bulan ramadhan
terasa sia-sia karena tidak dianggap ibadah dan sangat tidak produktif.
*****
Kampus
gue punya suatu lembaga penelitian. Lembaga itu bekerja sama dengan p*ertamina
untuk mendata rumah dinasnya yang kira-kira sebanyak 2500 buah dan tersebar di
berbagai wilayah di kota Balikpapan.
DUA
RIBU LIMA RATUS RUMAH HARUS DIDATA DALAM WAKTU SEBULAN!
Rumah
sebanyak itu akan di data oleh 34 orang yang dibagi menjadi 17 kelompok. Jika
dibagi, maka per kelompok harus mendata sekitar 140-an rumah. Nah, 140 itu
dikalikan dengan biaya menyensus per rumah dan ini rahasia perusahaan juga
salah satu faktor gue berubah pikiran. Muehehehe….
Ternyata
tujuan pendataannya adalah untuk mengetahui rumah dinas itu ditempati atau
tidak. Tujuan utamanya: Jika ditempati, oleh
siapa? Karena banyak kasus rumah dinas tidak ditempati oleh pegawai p*ertamina,
tapi oleh orang lain atau disebutnya sebagai PTH. Bukan, PTH itu bukan
singkatan dari Para Tante Heboh. Tapi, Penghuni
Tanpa Hak. Feeling gue
mengatakan selesai pendataan para PTH ini bakal diusir. Kejam? Dikit. Tapi
emang bukan haknya mau bagaimana lagi?
Setelah
tau tujuannya dan feeling gue yang
mengatakan seperti itu, gue mulai ragu untuk ikut. Banyak resiko yang pasti gue
temui di lapangan jika berhadapan dengan penghuni tanpa hak. Apalagi misalnya
mereka bertanya, “Tujuan pendataan seperti ini apa, ya, Mas?”
Lalu
gue jawab dengan polosnya, “Oh, untuk mengetahui yang tinggal di rumah ini
pekerja p*ertamina apa bukan? Misalnya bukan akan diusir.”
Jelas
gue akan mengalami resiko:
A.
Diculik dan disandera.
B.
Dipasung.
C.
Combo paket A dan B.
Ternyata
imajinasi gue terlalu liar. Dari pihak p*ertamina menjelaskan katanya jika
bertemu PTH, resiko yang dihadapi adalah mereka tidak mau memberikan data dan
yang paling parah adalah dimaki-maki.
“Buat
apa didata-data seperti ini?! Saya gak mau ngasih informasi!” Bantingan pintu
pun menjadi soundtrack di imajinasi
gue.
Gue
segera tersadar dari imajinasi gue yang tingkat ke-liar-annya masih cukup tinggi
itu dan menyimpulkan cara bedain orang itu PTH atau pegawai adalah dari
sikapnya menerima tim sensus. Jika dia gak mau ngasih data maka besar
kemungkinan ia adalah PTH, karena pegawai yang bekerja di p*ertamina pasti welcome karena udah tau bakal ada pendataan
yang diinfokan melalui e-mail dan broadcast message BBM.
Gampang
kan bedainnya? Gak serumit bedain chat kode atau chat biasa aja.
Tapi,
tetep aja resiko dimaki-maki itu bikin males. Siapa coba yang mau datang ke
rumah orang lain buat dimarahin? Gue juga yakin dari pekerja p*ertamina sendiri
bakal ada yang gak tau soal pendataan seperti ini karena gak semua orang rutin
buka e-mail, gak semua orang punya aplikasi BBM dihapenya dan gak semua orang
baca BBM apalagi jika broadcast. Bagaimana gue tau? Iyalah, itu kan kelakuan
jomblo banget. Jangan meremehkan jiwa jomblo akreditas A gue, ya!
Pihak
p*ertamina sepertinya sudah tau apa yang ada dipikiran para anggota sensus,
mereka memberikan penjelasan lainnya,
“Nah,
untuk mengurangi resiko tersebut, saat pendataan kalian akan didampingi oleh
sekuriti dan kalian akan diberikan ID Card.”
Seluruh
tim sensus pun sujud syukur.
*****
10 Agustus 2014
Tanggal
11 Agustus akan dimulai penyensusan RDP. Tinggal datang ke rumah orang, dikawal
sekuriti, nyatat data diri pemilik rumah, selesai. Gampang banget kerjaan kayak
gini, kan? Gue menargetkan sehari menyensus 20 rumah. Gue siap untuk mulai
menyensus besok.
.
.
.
.
Malamnya
gue gak bisa tidur. Kepikiran jika gue ketemu PTH dan sekuriti yang ngawal gue
cupu dan mukanya lucu.
Imajinasi
gue emang terlalu liar.
TO BE CONTINUED…
28 comments
Kunyuk pake bersambung. :))
Replylagi berusaha nginget kejadian dan efek lama gak nulis, jadi dibikin bersambung haha
ReplyAstaga bang pake acara bersambung segala-,,,,,,,,,,,-
ReplySengaja bersambung biar kita dateng lagi kesini :D
ReplySengke banget gw udah serius2 malah ga kelar...
ReplyHAFUH HAFUH HAFUH
ReplyOktober itu Gelombang-nya Dee Lestari rilis, jadi cocok banget emang Wake Me Up when September Ends nya. Ga nyambung emang.
brapa episode ini crtanya yog?? jgn sampe pnjng kaya episodenya GGS yaaa... :D
Reply3 part doang muehehe
Reply...komentar macam apa ini -__-
Replyefek lama gak nulis, nulis segini aja sudah lelah ._.)/
Replysuudzon!! ;_;
Replylelah kakak dek nulis panjang-panjang... :))
ReplySemoga besok pas ketemu petugas dan secuirty nya jomlo juga kaya Yoga, jadi ada yang nemenin statusnya jomlo. :p
ReplyItu 2500 buah rumah lumayan pegel yak survey-nya, pasti banyak tuh dapet komisinya. Temen saya juga ada yang ikut survey survey kaya LSI gitu.
Pake bersambung?
ReplyIni bukan tukang haji naik buburkan?
hahha... Jomblo selalu dipermasalahkan nih. :)
kenapa ada adegan bersambung disaat ceritanya udah mau dimulai coba -__________- ya aku sih cuma bisa mendoakan semoga securitynya jomblo juga biar kalian bisa PDKT, atau mungkin yang punya rumah juga punya anak yang jomblo, ya semoga aja ya jomblomu itu segera berakhir. itu bayarannya berapaan sih?? temenku juga pernah ikut survey2 gitu dan katanya emang lumayan banget duitnya.
ReplyKomen
ReplyLagi asik-asik baca taunya bersambung.. Kampretlah:))
ReplyLagi asik-asik baca taunya bersambung.. Kampretlah:))
Replykaya di php kak, udah serius baca mau mulai eh bersambung.
Replyjahat ngephpin aku -__-
itu sensus gak pegel kak bakal nanya dengan pertanyaan yang sama? hehe
eh, gambar stiker linenya dapat dari mana, unyuuuk sekali :D
muahahaha, efek lama gak nulis jadi dibikin bersambung, lagi pula kalo kepanjangan ntar capek bacanya.
Replystiker line dari hape, gue capture lalu edit di pc :3
sabar ._.)/
Replyya biar seru dan menengangkan haha...
Replyrahasia perusahaan buat bayarannya :p
iya, kepanjangan soalnya kalo jadi 1 postingan.
Replyogah mah kalo cowok juga yang jomblo. gak berguna haha
Replyiya, lumayan pegel :|
Etdah, gantung bray wkwkwk.
Replyitu sudah ada lanjutannya~
Reply"Oke, cukup basa basi gak gunanya. Sebaiknya baca baik-baik karena ini akan sangat panjang."
ReplyKampret ternyata maksudnya panjang itu BERSAMBUNG. padahal gw udah mulai serius bacanya.
kayak sinetron pake acara bersambung segala....
Replyberkunjunglah ke blog sebelah nan sepi http://hendrasuhendra176.blogspot.com
Post a Comment
Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca postingan gue. Gak perlu ninggalin link blog untuk dapet feedback, karena dari komentar kalian pasti dapet feedback yang sepadan kok.
Terima kasih!