Sudah lama enggak nulis di blog, sekarang gue bingung mau nulis apaan. Hehe. Oiya,
siapa tau ada yang bingung kenapa blog ini sudah sebulan lebih gak di-update (dan sepertinya gak ada juga sih
yang peduli tapi tetep aja gue jelasin buat panjangin tulisan), itu karena sebulan
terakhir ini gue sudah mulai membangun Negara baru.
Oke,
becanda.
Gue
sudah kerja dan… dunia kerja benar-benar mengambil alih waktu gue di dunia
maya. Jadi, buat yang ngira gue lagi di penjara karena nabrak orang saat
latihan menyetir mobil (karena postingan terakhir gue soal latihan nyetir),
simpan kembali dugaan kalian. Gue sibuk beradaptasi dengan rutinitas baru ini.
Jadi,
gue pergi kerja pukul 7 pagi karena letak kantor yang di pusat kota sedangkan
rumah gue di pinggiran. Pulang kantor pukul 7 malam karena pulang pukul 5 sore
adalah hal mustahil di unit gue. Sampai rumah gue langsung ngemil bodrex, meluk
kasur, mengistirahatkan punggung yang lelah karena duduk seharian, gak lama gue
ketiduran. Begitu kegiatan gue selama 5 hari kerja.
Hari
Sabtu gue tetap masuk kerja, setengah hari sih. Tapi lagi-lagi pulang tepat
waktu adalah mitos di unit gue. Gue baru bisa pulang pukul 2 siang. Biasanya
tiap hari Sabtu sepulang kerja gue langsung pulang dan tidur untuk malam mingguan
di malam harinya. Hari Minggu gue pake untuk tidur seharian yang tujuannya
adalah mengisi ulang tenaga karena besoknya… sudah Senin lagi.
Sebenernya
banyak yang pengin gue ketik untuk blog ini, tapi gue gak ada waktu untuk nulis
karena tiap pulang kerja kepala gue pusing dan mata gue sudah lelah seharian
natap layar komputer di kantor. Sedangkan weekend
gue pakai untuk berkumpul bersama teman atau keluarga karena gue belum mau
stress gak ada teman ngobrol. Tapi, gue tetap bersyukur dengan keadaan sekarang,
karena gue tau lebih capek nganggur daripada kerja.
****
Tahun
2017 kemaren gak bisa dibilang buruk, tapi gak bisa dibilang baik juga. Malah
kayaknya lebih banyak buruknya karena berkali-kali gue dihantam dengan yang
namanya kegagalan.
Gue
memasuki tahun 2017 dengan pandangan gelap. Bukan, gue bukannya tahun baruan
dengan melakukan pesta seks dengan tema BDSM sehingga mata gue ditutup dan gak
bisa ngeliat apa-apa. Maksud gue adalah gue sama sekali gak ada pandangan tahun
2017 nanti bakal gimana. Gue gak bikin resolusi yang macem-macem kayak punya
pacar, nerbitin 10 buku ataupun membangun Negara baru. Resolusi gue cukup simpel:
gue dapat kerja.
Simpel
gundulmu!
*follow puluhan akun
instagram tentang lowongan kerja*
*Bikin akun LinkedIn*
*Pantengin pornhub*
Salah. Salah.
*pantengin jobstreet*
Hampir
tiap minggu gue mengirim 2-3 lamaran, baik gue kirim langsung ke perusahaannya
ataupun hanya lewat e-mail. Panggilan interview maupun psikotes pun mulai
berdatangan melalui hape gue. Gue masih inget banget panggilan pertama gue
untuk tes kerja adalah tanggal 5 Januari. Gue pun datang dan menjalani
serangkaian tes. Setelah psikotes selama 4 jam, istirahat makan siang, lanjut
interview dengan HRD, gue disuruh datang lagi besoknya untuk interview user.
Besoknya gue datang lagi, interview 15 menit, lalu… gak ada kabar lebih dari 2
minggu.
Yeah,
gue gagal.
Oke,
gapapa. Belum rezeki. Jalan masih panjang. Sok tegar banget gue, padahal aslinya nyesek.
Gue
juga pernah dapat panggilan kerja di salah satu bank, janjian interview pukul 9
pagi. Untuk memberi kesan yang baik, tentunya gue datang lebih awal. Saat itu
gue datang 15 menit lebih awal. Sampai di sana, gue disuruh nunggu lumayan
lama, hingga akhirnya pukul 10 kurang datanglah seorang cewek, mungkin HRD-nya.
“Mas
Yoga, ya?” Tanya dia.
“Iya.”
Gue menggangguk pelan.
Dia
pun memberi lembaran formulir untuk gue isi. Setelah selesai gue isi, cewek
tadi kembali mengambilnya dan memberi tahu gue kalo nanti bakal dipanggil ke
ruangan pimpinan cabang, untuk interview. Gue mengiyakan.
Satu
jam kemudian baru dipanggil.
Gue
sudah gak mood sama sekali. Muka gue yang tadinya semangat langsung lemes kayak
abis ngeliat gebetan datang ngedate pake celana warna oranye dan baju warna
hijau. Gue menjalani proses interview dengan seadanya, menjawab pertanyaan demi
pertanyaan dengan jawaban yang lewat di pikiran gue. Setelah proses interview
selama setengah jam itu selesai, gue gak berharap banyak.
Dan
beneran, gak ada kabar selanjutnya.
Hari
demi hari terlewati, bulan pun silih berganti. Gue berkali-kali datang untuk
tes kerja, ada yang saat gagal di psikotes, ada juga yang di interview. Pas gagal itu ada
yang gue ngerasa biasa aja, ada juga yang nyesek banget sampai-sampai gue marah
banget dan pengin bikin Negara baru.
Saat
itu ada salah satu bank BUMN yang membuka rekrutmen besar-besaran. Sebagai
pengangguran sejati tentunya gue langsung mendaftar secara online. Mungkin saking banyaknya yang mendaftar, server website bank itu sampai down,
tiap kali gue coba masuk ke website-nya,
selalu gagal. Akhirnya gue baru bisa masuk dan mendaftar saat tengah malam.
Beres
daftar, dua minggu kemudian keluar pengumuman dan gue lolos seleksi
administrasi untuk interview dengan HRD. Awalnya gue seneng, tapi begitu ngeliat
hasil pengumumannya, gue pengin banting hp. Peserta yang lolos untuk interview
sebanyak… 1400 orang.
SERIBU
EMPAT RATUS ANJER.
Proses
interview pun dibagi menjadi beberapa waktu. Gue kebagian pukul 2 siang. Saat
itu gue ya datang aja dengan pikiran, “ah siapa tau rezeki”. Gue datang dan
ternyata interviewnya berlangsung kilat, sekitar 5 menit doang. Itupun cuma
disuruh perkenalan, ditanya apa motivasi melamar dan disuruh melompati
lingkaran api. YA ENGGAKLAH. Ditanyain, “Siap ditempatkan di mana saja?” dan
tentu saja gue jawab, “YES, OF COURSE!”
Dua
minggu kemudian pengumuman kembali muncul dan gue lolos ke tahap psikotes.
Tapi, lagi-lagi pengumumannya membuat gue pengin membanting hp. Peserta yang
lolos sebanyak… 700 orang.
TUJUH
RATUS ANJER.
Oiya,
saat itu posisi yang dibuka ada 4 posisi, dan 700 tadi adalah total dari 4
posisi, untuk posisi yang gue pilih sendiri saat itu kalo enggak salah ingat
yang lolos sekitar 200-an orang lebih.
TETEP
AJA BANYAK ANJER.
Tes
lagi-lagi dibagi menjadi beberapa sesi, kali ini menjadi 2 sesi. Gue kebagian
sesi siang lagi. Psikotes saat itu berlangsung dari pukul setengah 3 siang
sampai… setengah 9 malam. Kalo psikotesnya begini sih namanya gak hanya otak
yang diuji, tapi perut juga.
LAPAR
YA PANITIA…
Satu
bulan kemudian pengumuman keluar dan gue masih lolos untuk interview dengan
user. Saat itu yang lolos untuk posisi gue 48 orang. Hmmm… gue jadi curiga kalo
ini bukan rekrutmen pegawai bank, tapi idol grup.
Orang
yang menginterview saat itu adalah utusan langsung dari pusat (Jakarta).
Seorang bapak-bapak yang lumayan tua, mungkin seangkatan sama Fir’aun, atau En
Sabah Nur.
Interview
berlangsung lancar. Awalnya. Ketika masuk di pertengahan interview, gue mulai
nge-blank pas ditanyain… visi dan
misi bank tersebut.
Gue
hafal sih. Dikit. Atau lebih tepatnya gue lupa-lupa ingat. Gue coba sebutkan
satu persatu dan ternyata sempet kelewat satu poin, jadinya kebolak-balik gitu.
Ya gimana, ya. Gue ketemu temen aja kadang lupa namanya, cuma ingat rasanya, eh
disuruh hafalin visi dan misi. Gue mulai pesimis.
Untungnya
habis itu beliau mulai tanya-tanya hal personal kayak kegiatan saat kuliah,
hobi, juga tips menjadi playboy.
“Selain
organisasi di kampus, kamu ada kegiatan apa lagi?” Tanya beliau.
“Saya
ikut komunitas stand up comedy, Pak. Dari tahun 2012.” Kata gue, penuh
kebanggaan.
“Hmmm…
menarik.” Beliau mengusap-usap dagunya. “Apa itu stand Up Comedy?”
“….”
Setelah
meredam emosi gue pun menjelaskan secara singkat apa itu stand up comedy dan
dari penjelasan gue beliau menyimpulkan: “Oh, pelawak? Yang ngomong sendirian
itu?!”
(((PELAWAK)))
(((NGOMONG
SENDIRIAN)))
“Coba
sekarang kamu ngelawak.” Pinta beliau.
WAINI!!!
SAATNYA MENUNJUKKAN KEMAMPUAN GUE AGAR SUPAYA BELIAU TERKESAN. GUE SUDAH
NYIAPIN BIT YANG SUDAH GUE BAWAIN BERKALI-KALI SAAT OPENMIC DAN SELALU PECAH.
“…temanya
soal bank ini.” Lanjut beliau.
“….”
Oke.
Gue biasa bikin bit dari suatu keresahan. Nah, keresahan itu biasanya dari
sesuatu yang bersifat negatif. Misalnya aja kayak antri di bank yang lama, atau
security yang berusaha ramah menunjukkan letak ATM yang padahal ada di sebelah
dia. Pokoknya harus dari sesuatu yang membuat kita sebal. Gue gak bisa membuat
bit dari sesuatu yang positif kayak “wah teller di bank cakep, ya!” Gak bisa. Jadi, kalo gue bikin bit soal keresahan soal
bank, itu akan terkesan gue sama saja gue menjelek-jelekan calon tempat kerja
gue dan kalo ini gue lakukan, besar kemungkinan gue gak akan lanjut.
Gue
pun menjelaskan soal asal muasal bit itu, harus dari keresahan. “Nah, saya gak
ada resah sama bank, Pak.” Kata gue, pelan.
“Yasudah,
coba soal pengalamanmu mencari kerja saja.” Kata beliau.
Gue
diam sebentar, berusaha mengingat bit gue tentang tema itu. Gue pun ingat gue
ada bit soal tema itu, walaupun belum terlalu matang karena baru gue bawain
sekali di openmic. Setelah itu gue bawakan dan beliau ketawa. Oke, gue mulai
optimis lagi.
Setelah
itu interview selesai. Gue nunggu pengumuman lagi. Seminggu kemudian pengumuman
keluar dan… gak ada nama gue. Dari 48 yang interview hanya 28 yang lolos untuk
tes kesehatan dan gak ada nama gue. TAWAMU PALSU, PAK. :’)
KENAPA
DUNIA BEGITU KEJAM?!
Enam
bulan gue mencari kerja, gue mulai stress karena gak dapat-dapat juga. temen
seperngangguran gue sudah mulai pada dapat kerja dan ketahuilah, situasi ini
adalah awkward moment: mau ngasih
selamat tapi nyesek karena ditinggal nganggur, mau gak ngasih selamat ketahuan
kalo iri.
Akhirnya
gue kasih selamat, sambil doain semoga dia pas kerja tiap hari disuruh push up sama bosnya. Ehe.
Seringnya
gue gagal dalam tes kerja ini kadang membuat gue berpikir kalo gue gak layak
mendapatkan apapun di dunia ini. Bawaannya pengin bikin instastory di instagram
berlatar belakang hitam, terus bikin tulisan putih: “I’m not deserved of anything”. Sadar kalo itu alay, gue
mengurungkan niat tersebut.
Gue
jadi mengurung diri di kamar, merenung dan berusaha mencari alasan yang logis
kenapa kok gue gagal mulu di tes kerja. Semakin gue berpikir semakin gue pusing
karena tes yang gue hadapi di perusahaan A akan beda dengan apa yang akan gue
hadapi di perusahaan B. Gue gak tau alasan kenapa gue gak lolos, satu hal yang
pasti, bukan karena alasan seperti ini:
…karena blog ini gak menghasilkan receh. :(
Lamaran
demi lamaran terus gue kirim, gue gak peduli itu posisi apa, selama gue
memenuhi kualifikasi persyaratan ya gue kirim. Mulai dari admin, kasir,
customer service, marketing, sampai kiper juga gue lamar.
Mengirim
lamaran secara brutal hasil dari informasi lowongan kerja di instagram ini
sebenarnya membuat gue dilema. Di satu sisi saingannya gak terlalu banyak, di
sisi lain, pengumumannya kadang gak jelas kapan. Tau-tau gak ada kabar aja gitu
dan kita sendiri yang menyimpulkan kalo kita gak lolos. Mungkin perusahaan
begini menerapkan kalimat seorang filsuf ketika ada yang bertanya: “Apakah saya
lolos?”
Jawabnya:
“PIKIRKAN SENDIRI”.
Gue
sebenarnya lebih suka mengikuti tes kerja melalui rekrutmen besar-besaran,
karena jadwal tes dan pengumumannya sudah jelas kapan. Tapi, di sisi lain,
saingannya pasti banyak, minimal ratusan, bahkan ribuan. :’)
Hal
lain yang membuat gue makin dilema adalah ketika mau stalking lowongan kerja di instagram, eh muncul foto adek tingkat
gue lagi wisudaan, yang berarti… gue sudah setahun lulus dan belom dapet kerja
juga.
MAMPUS
GUE. MAMPUS.
Mungkin
satu-satunya hal yang membuat gue kuat adalah gue selalu berpikir di balik
kegagalan gue saat ini, gue lagi habisin jatah gagal gue, untuk dapetin kesuksesan
di masa depan.
Lalu
setan mulai berbisik, “Jangan-jangan ini kamu bukan lagi habisin jatah gagal,
tapi emang jatah suksesmu aja yang sudah habis.”
YA
AMPUN GALAU LAGI.
*****
Posisi
gue saat itu lagi nunggu pengumuman akhir dari salah satu bank yang ngadain
rekrutmen besar-besaran lagi. Sama seperti bank sebelumnya, gue bersaing dari
ribuan pendaftar, mengikuti serangkaian tes, menyisihkan satu per satu peserta
lain hingga kami yang awalnya ribuan tersisa menjadi puluhan. Gue mengikuti tes
itu sama sekali gak ada ekspektasi bakal lolos sampai sejauh itu. Selain karena
gue tau bakal sulit, tesnya berlangsung selama 8 bulan karena diadakan seluruh
Indonesia. Gue sendiri menunggu 3 bulan untuk pengumuman tahap terakhir itu.
Saat
proses menunggu pengumuman itulah gue tetap mengirim lamaran secara brutal
karena ya perasaan gue setelah interview akhir itu sedikit pesimis dan gak mau
terlalu berekspektasi lebih, takut nyesek lagi kayak sebelumnya. Interview di
bank itu berlangsung 1 jam, gue ditanyain oleh 3 orang langsung. Sudah mirip sidang
skripsi. Terus pertanyaan susah-susah. YA GIMANA GUE GAK RAGU COBA?!
Menyebar
lamaran secara brutal itu ternyata masih membuahkan hasil. Gue diundang untuk
mengikuti psikotes dan interview dari suatu perusahaan finance. Seperti biasa, setiap panggilan tes yang muncul di hape
gue, selalu gue datangin.
Saat
interview, gue bertanya kapan kira-kira panggilan selanjutnya untuk tes jika
gue lolos. Kata HRD-nya sih 2-3 hari, kalo lebih dari itu gak ada telepon,
berarti gagal.
Dua
hari kemudian gak ada telepon.
Besoknya,
alias tepat tiga hari, masih gak ada telepon.
Seminggu
kemudian, masih gak ada telepon.
FIX,
GAGAL LAGI.
GAK
APA-APA. WES BIYASA.
Harapan
gue jadinya cuma ke bank itu. Gue jadi rajin salat malam, berdoa supaya hasil
tesnya meloloskan gue karena jujur aja, gue mulai capek datang interview dan
psikotes, bahkan gue sampai hapal jawaban psikotesnya karena kadang soal tesnya
sama.
Di
tengah gue menunggu hasil tes, seminggu kemudian perusahaan tadi nelpon gue,
mengundang untuk interview user. Gue lagi-lagi datang aja karena… siapa tau
rezeki.
Sampai
di kantor, gue pikir interview usernya bakal sama kayak yang sudah sudah: masuk
ke ruangan, berduaan, ditanyain macem-macem. Kali ini beda, kami semua langsung
disambut oleh area manager dan kata beliau kami orang-orang pilihan beliau dan
besoknya gue langsung disuruh tes kesehatan. Terus ya besoknya gue tes kesehatan,
lalu 3 hari kemudian gue ditelpon untuk… masuk kerja.
Sementara
itu hasil tes di bank tadi keluar setelah gue kerja sekitar 2 minggu. Gue lagi
makan siang sendirian di warung soto, hape gue bergetar, muncul sebuah
notifikasi email. Gue buka inbox, membacanya perlahan ternyata email itu
mengabarkan kalo gue gagal.
Gue
keluar dari aplikasi gmail.
Menaruh
hape gue di meja.
Menyuap
soto ke mulut gue dan kembali makan, seperti tidak terjadi apa-apa.
Emang
bener kok, “less expectation, less hurt”.
*****
Yeah,
itulah kisah gue sepanjang tahun 2017. Setahun gue berjuang mencari kerja dan
akhirnya dapat, walaupun kerjaan yang saat ini bukan keinginan ataupun sesuai
sama passion gue, yang penting gue jalanin aja dulu sebaik mungkin. Gue akan
coba cari pengalaman sebanyak-banyaknya. Setidaknya sampai 3 bulan ke depan.
Untuk
tahun 2018 ini gue gak bikin resolusi sama sekali. Gue juga gak tau apakah gue
akan terus meng-update blog ini.
Penginnya sih kayak tahun 2016 kemaren, seminggu sekali, doakan saja semoga
bisa.
Gue
cuma berharap di tahun 2018 ini gue tetap dilimpahkan rezeki dan tahun ini
menjadi tahun yang menyenangkan.
Happy
New Year!
19 comments
Oh, jadi ini alasan yang punya capung belum update :D
ReplyBener sih, dunia kerja memang bener menguras waktu banget, Mas. Terlebih kalau nggak bisa membagi waktu..
Dari jam 7 sampai rumah jam 7 lagi, war biasah. Semoga jadi berkah ya, Mas..
Set, dah. Itu lihat yang diterima disaat interview sebanyak itu. Udah kayak superter bola aja..haha
Kok nggak sekalian minta rekamin, Mas. Disaat disuruh ngelawak itu. Penasaran sama lucunya :D Udah kayak kuliah aja ya, cari kerja selama itu. Tapi memang susah ya cari kerja itu.
Ikut mendoakan ya, Mas. Semoga ditahun ini nggak cuma rezekinya yang lancar, tapi semuanya. Apapun itu, dimudahkan juga. Dan semoga sehat selalu. Karena dengan sehatlah kita bisa melakukan hal apapun, termasuk kerja.
"gue juga gak tau apakah gue akan terus meng-update blog ini"
Replyupdate yah, nanti ku sedih gada bahan bacaan yang receh-receh :')
Kalo nanti blogmu ga di apdet-apdet, gua baca cerita dewasa dimana lagi bang yog?
ReplySemangat.
ReplyCayoo... semangat bang.
ReplyWah. ternyata gak update lama udah dapet kerja. Semangat bro! Semoga tetep bisa nyempetin update blog, jangan update stories instagram mulu. ITU ALAY! wkwkwkw
Replyhal yang pernah aku alami pada tahun 2012 sampai 2015 pas aku masih bekerja di suatu perusahaan, haha
Replyya berangkat pagi pulang malam, udah biasa hahaha
dinikmati aja bro.
Sok-sok bilang rumahnya di pinggiran. Padahal rumahmu kan di Lampung, Yogs. Kasihan itu tempat tinggal nggak diakuin :(
ReplyYang ketawa pas kamu unjuk kebolehan dengan ngelawak ngomong sendiriaan (STAND UP COMEDY) itu palsunya udah kayak mantan yang dulu bilang sayang padahal dia udah gak sayang lagi gak sih? Tolong jelaskan.
Hmmm ini ngingatin aku sama pengalaman nganggur enam bulan dulu. Ya masih nggak ada apa-apanya sih sama kerasnya perjuanganmu. Tapi emang bener sih, less expectation, less hurt. Aku dulu juga brutal nyebar lamaran ke mana-mana. Terus akhirnya keterima, itupun pas sebulan kemudiannya naroh lamarannya itu. Aku aja lupa kalau pernah naroh lamaran di situ saking brutalnya nyebar lamaran. Nggak ngarep-ngarep banget juga keterima. Ahahaha.
Btw nggak papa nulis di blognya nggak sesering dulu. Yang penting jangan vakum kayak blogger yang merangkap sebagai adik kandungmu. Siapakah dia? Pilirkan sendiri.
welcome to the jungle Pung!!!!
Replysyelamat menempuh hidup baru hihihihii
Wedeh 6 bulan ya bang saya udah setahun malah *gakadaygnanyanjir emang sih kayanya kalo kita gak dapet kerja masa depan kita gelap, tapi gimana ya saya juga bingung jadinya.
ReplyEntahlah.
Semangat.
*Brbkekamarmandi
wah asik tuh bisa pantengin pornhub. eh, itu apaan yak?
Replykalo kegagalan di 2017 aku nggak akan mau sebar2 infonya, ini akan bikin aku syook berat. hehe. selamat tahun baru 208 moga nggak gagal lagi, mas.
Oke. Nampaknya blog ini akan hiatus untuk beberapa saat huhuhu. Ku tunggu post-post slengean lainnya bang
ReplyOke. Nampaknya blog ini akan hiatus untuk beberapa saat huhuhu. Ku tunggu post-post slengean lainnya bang
ReplySetdah, ngirim lamaran secara brutal, ha ha ha.
ReplySmga ya masih tetep nulis dan update blog, meski udah susah karena kehalangan sama kerjaan.
Smngt.
Katanya lebih capek nganggur daripada kerja, kok gak apdet blog alesannya gara-gara capek kerja? Lemah! *kabur naik balon
ReplyNulis blog-nya juga harusnya makin brutal dong. Bawa-bawa pornhub sama BDSM adalah langkah awal yang tepat. Dan selamat menikmati dunia kerja ya. Itu akan membuatmu brutal juga..
ReplyAlhamdulillah ya akhirnya dapat kerja. Selamat! walaupun memang kerjaannya bukan sesuai keinginanmu...
ReplyApa yang Yoga rasain tahun lalu, lagi aku rasain sekarang :'(
udah 1 bulan lebih ngelamar kerja tapi belum dapet juga. Emang sih baru juga 1 bulan nyari, tapi kadang kalau lagi ngedown suka nyesek sendiri :(
tahun ini juga aku ga buat resolusi kayak tahun-tahun sebelumnya, cuman berharap bisa dapat kerja :')
Goks! Tahun yang bener-bener penuh kesabaran yak :')
ReplySebagai sodara seangkatan, i feel u, broh!
Pengalaman kerja yang ini masih bisa diketawain karena pembawaannya yang lawak. Kalo gue yang nulis mungkin jadi cerita sedih di setiap hari, bukan cuma hari minggu. Gue tau banget rasanya nyari kerjaaa. Dan emang kudu brutal ye.
ReplyYa Allah baru mampir kesini malah nyasar ke postingan lawas.
Post a Comment
Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca postingan gue. Gak perlu ninggalin link blog untuk dapet feedback, karena dari komentar kalian pasti dapet feedback yang sepadan kok.
Terima kasih!