MOBILNYA
MATI!
MOBILNYA
MATIIIII!!!
Tin… Tin… Tin…
Riuh
rendah suara klakson mobil dan motor yang jalannya kembali terhalang oleh mobil
gue terdengar makin menyeramkan.
Gue
mau nangis.
“Ayo
jangan panik. Coba injak kopling, terus nyalakan lagi mobilnya.” Kata om
instruktur.
Ya
Allah... gue gak nyangka di balik wajahnya yang tampak tidak bersahabat, ternyata
om instruktur ini punya sisi lembut juga, dia peduli sama gue. Untungnya gue
masih normal dan gak suka om-om, kalo enggak, sudah gue peluk nih.
Oke.
Fokus.
Kaki
kiri gue menginjak kopling, tangan kanan gue memutar kunci ke kanan. Mobil
kembali menyala.
“Lepas
kopling setengah, sampai mobilnya bergetar, tahan.” Kata dia lagi. Seperti
robot, gue turuti kalimat yang barusan gue dengar.
“Nah,
sekarang lepas remnya pelan-pelan.”
Kaki
kanan gue yang ada di pedal rem gue tarik pelan-pelan. Mobil pun berjalan lurus
ke depan dengan pelan. Wow! Gue nyetir mobil, coy! Baru aja mau syukuran karena
bisa jalanin mobil, tiba-tiba terdengar suara om instruktur, “SETIRNYA
BALAS KE KANAN! CEPAT! KALO GAK KITA MASUK SELOKAN!!!”
Mendengar perintah ini gue langsung memutar setir ke kanan berkali-kali sampai gue rasa mobilnya sudah lurus di jalan. Gue sudah mirip Dominic Toretto pas nikung buat hindarin kejaran polisi. Bedanya ya… gue hindarin masuk selokan. Gak apa-apa kurang elit. Masih permulaan.
“Balas
ke kiri, sekali.”
Gue
putar setir ke kiri, logo merek mobil yang ada di setir kembali ke posisi
semula.
“Kalo
habis belok, kembalikan setirnya ke posisi semula.” Om instruktur memberi
wejangan nomor satu. Gue mengangguk pelan.
“Sekarang
injak pedal gasnya pelan-pelan aja dulu.” Kata dia, lagi.
Mobil
berjalan pelan, kaki kanan gue masih ragu-ragu dalam menginjak pedal gas. Gue
masih meraba-raba seberapa dalam pedal gas ini bisa ditekan.
Pas
gue injek dikiiiiiit banget…
WUUUUUUSSSHHHHHHH!!!
Mobil
tiba-tiba jadi laju banget anjer! Gue langsung melepas kaki kanan gue dari
pedal gas, sambil zikiran.
“Pelan-pelan
aja injeknya.” Kata om instruktur, air wajahnya tampak dia sedikit shock karena
tiba-tiba mobil melaju kencang. “Rileks.”
Gue
coba injek pelan-pelan. Setelah merasa gue dapat tekanan yang pas, gue tekan
pelan-pelan dan mobil melaju sedikit lebih kencang.
“Injak
kopling full, gigi 2, tarik ke pojok
kiri bawah.”
Gue
ikuti perintah itu, lalu melepas kopling pelan-pelan. Mobil mulai melaju lebih
ringan. Gue bolak-balik memperhatikan spion di kanan dan kiri gue. Kesalahan
mendasar buat pemula kayak gue adalah kadang jalan terlalu di kanan, atau malah
terlalu di kiri. Mungkin karena masih terbawa kebiasaan naik sepeda motor.
Beberapa kali si om instruktur memegang tangan gue, untuk menyatakan perasaannya.
YA
ENGGAKLAH.
Untuk
mengarahkan setirnya ke kanan karena gue sering terlalu ke kiri.
“Ikutin
garis putih di jalan aja, sambil perhatikan spion kiri.” Si om instruktur
kembali memberi wejangan. “Nah, sekarang kita belok kiri. Rem pelan-pelan,
pasang sein kiri.”
Berbeda
dengan sepeda motor yang lampu seinnya tinggal geser jempol kiri. Lampu sein di
mobil ini terletak di… MANA ANJER GUE GAK TAU.
“Itu
naikin ke atas yang di deket setir.”
Mata
gue langsung mencari sesuatu yang bisa dinaikkan ke atas. Gue menemukan sebuah
batangan di sebelah kiri setir, tanpa ragu gue naikkan batangan itu ke atas dan… wiper
menyala.
Hening.
“Yang
satunya,” si om instruktur menunjuk batangan yang ada di kanan, lalu mematikan
wiper, kemudian mengarahkan setir ke arah kiri. Sementara itu gue memutar batangan
yang ada di kanan setir.
But… nothing happens.
“Itu
lampu.” Kata om instruktur. “Naikkan aja ke atas, bukan diputar…”
Hening
part. 2
Oke.
Ternyata batangan ini punya beberapa fungsi, kalo diputar untuk mengatur lampu, kalo di naik-turunkan ya
untuk lampu sein. Gue arahkan ke atas dan suara lampu sein menyala mulai
terdengar syahdu.
Tuk… Tuk… Tuk…
Pas
gue liat arah depan, ternyata jalannya sudah lurus. Oke! Gue baru saja belok
tanpa memakai lampu sein! Sebuah awalan yang bagus untuk pemula seperti gue.
Bagus untuk ditangkap polisi.
Gue
mematikan lampu sein dan kembali fokus ke arah depan. Gue gak peduli kendaraan lain yang mulai menyalip gue dengan kecepatan tinggi. Gue tau rute yang akan
gue lalui ini serem banget. Di depan gue sudah ada jalanan yang menurun, lalu
tanjakan, lalu menurun kemudian lampu merah. Kalo jam makan siang atau pulang kerja,
pasti macet. Itu artinya, gue harus pelan-pelan!
Insting
mengemudi gue muncul secara perlahan. Sama seperti naik sepeda motor, ketika
menghadapi jalanan menurun tentunya gue akan gaspol. Ehe.
YA
ENGGAKLAH.
Kalo
naik sepeda motor di jalanan menurun, biasanya gue menekan kopling lalu
mengurangi kecepatan dengan cara mengerem secara perlahan. Gue coba menerapkan
cara ini karena gue pikir cara kerja kopling mobil dengan motor itu sama. Pas
gue injek kopling di jalanan menurun…
WUUUUUUSSSHHHHHHH!!!
MALAH
MAKIN LAJU, BANGKAY!
“Lepas
koplingnya!” perintah om instruktur. “Injek rem aja pelan-pelan. Tanpa injek
kopling.”
Gue
nurut dan Alhamdulillah kembali normal.
Oke.
Wejangan nomor dua: ketika jalanan menurun, gak boleh injek kopling.
Jalanan
menurun sudah berhasil gue lalui dengan diiringi zikiran mulus.
Selanjutnya adalah tanjakan. Gue injek pedal gas pelan-pelan, karena takut
kejadian tiba-tiba ngebut kembali terulang. Mobil pun mulai memasuki jalanan
menanjak. Sebenernya gak terlalu menanjak sih. Kentang aja gitu. Tinggi enggak,
rendah juga enggak. Kalo naik sepeda motor gigi 3 juga bisa dilalui.
Tapi,
ini kan mobil? Siapa tau musti pake NOS biar bisa naik tanjakan? Baru aja nyari tombol untuk nyalain NOS, om instruktur mulai bersadba, “Injek
lagi gasnya.”
Gue
injek agak dalam.
“Lagi.”
O-oke.
“Kurang
dalam. Gak naik tanjakan kalo gak full.”
Kaki
kanan gue menginjak lebih dalam, kecepatan mobil bertambah dan kami telah
sampai di puncak jalanan menanjak. Jalanan menurun kembali menyambut kami. Kaki
kanan segera gue pindah ke pedal rem dan mulai menginjaknya pelan. Di bagian
bawah jalanan menurun sudah terlihat deretan mobil yang berhenti karena lampu
merah.
“Oke…
kita ambil jalur tengah karena kita bakal lurus. Rem pelan-pelan.” Om
instruktur memberi instruksi yang membuat keringat dingin gue keluar.
Setelah
lampu merah ini gue tau jalan yang akan gue lalui lebih sulit daripada yang
tadi. Rutenya hampir sama: menurun-tanjakan-menurun, tapi lebar jalannya adalah
setengah dari jalur tadi. Itu artinya, gue bakal macet-macetan di tanjakan dan
jalan menurun.
Damn…
“Injak
kopling full, rem yang halus, pindah ke gigi satu.”
Gue
lakuin itu dan kami berhenti di lampu merah. Banyak yang bilang salah satu
kesulitan naik mobil adalah ketika di lampu merah, banyak kejadian mesin mati
ketika mau jalan. Gue pun diberitahu tipsnya biar mesin gak mati:
1. kaki kanan tetap injak rem.
2. kaki kiri angkat sedikit dari pedal kopling, sampai mobil terasa bergetar. Tahan.
3. Siap-siap lepas rem secara perlahan dan pindah ke pedal gas.
Terdengar
sederhana tapi sebenernya sulit banget. Butuh timing dan feeling yang tepat. Sama kayak mau mutusin pacar gitulah, tunggu timing dan feeling yang
tepat. Feeling ketika ngerasa dia
sudah gak sama kayak dulu, timing
ketika dia berbuat kesalahan dan besar-besarkan masalahnya sehingga berantem
lalu putusin. Perfect!
Berkat
wejangan om instruktur tadi, gue berhasil jalan tanpa mesin mati dulu ketika
lampunya sudah berganti menjadi hijau. Gue seneng banget. Bawaannya pengin
rayain dengan cara memotong tumpeng. Tapi, sebelum itu, gue langsung tancap
gas, masuk ke gigi 2 dan sukses melewati lampu merah.
Jalanan
menurun-tanjakan-menurun yang gue cemaskan tadi juga sukses gue lewati dengan
mulus. Gue jadi curiga, jangan-jangan gue emang berbakat secara alami untuk
nyetir. Dominic Toretto pantas gentar jika mengetahui keberadaan gue.
“Pasang
sein kiri, kita belok ke situ.” Si om instruktur menunjuk sebuah jalanan menuju
perumahan. Gue sedikit khawatir karena jalanan di situ kayaknya serem banget.
Jalanan yang akan gue lalui adalah menanjak dan menikung. Yang lebih serem: di
atas tanjakan itu adalah… kuburan.
INI
NGAJAK GUE LEWAT KUBURAN BIAR GUE CEPET MAHIR ATAU CEPET TOBAT SIH?!
Berhubung
dari tadi gue mampu-mampu aja melewati jalan yang gue pikir sulit, membuat gue
sedikit jumawa. Setelah sukses belok dan masuk ke jalan menuju perumahan. Gue
baru inget kalo jalanan yang gue lalui ini benar-benar gak rata karena sering
banjir. Jalannya bolong-bolong kayak celana dalam yang dipakai 10 tahun gak diganti-ganti. Melewati jalanan yang tidak rata ini membuat mobil bergetar dan menimbulkan
efek gluduk-gluduk. Kalo gue di kursi penumpang dan baru aja
makan, pasti gue sudah muntah nih.
Gue
pun berinisiatif untuk mengurangi kecepatan. Rem adalah solusinya!
Di
sinilah kesalahan gue. Selain kesalahan jalan terlalu di kanan, atau malah
terlalu di kiri karena masih terbawa kebiasaan naik sepeda motor. Ada kebiasaan
naik sepeda motor lainnya yang masih nyangkut di otak gue: rem ada di kaki.
Gue
injek rem pelan-pelan.
WUUUUUUSSSHHHHHHH
GLUDUK GLUDUK WUUUUUUSSSHHHHHHH!!!!!!
GUE
LUPA PINDAHIN KAKI ANJER! GUE MASIH INJEK GAS!
Mobil
melesat dengan cepat. Keadaan benar-benar di luar kendali gue. Badan gue terasa kaku untuk digerakkan. Om instruktur
tampak kaget, untungnya dia cekatan segera menginjak rem dan kopling hingga
mobil berhenti.
Pas
hadap depan, mobil yang gue kendarai sudah masuk ke sisi seberang jalan.
Untungnya saat itu jalanan di sebelah lagi kosong, kalo enggak tentunya gue sudah
berakhir di kantor polisi karena melakukan tindakan kriminil seperti ini:
“Ma-maaf,
Om. Lupa pindahin kaki.” Kata gue, pelan. "Saya kira tadi rem."
“Wajar
kalau baru pertama.” Om instruktur sepertinya berusaha menghibur gue, padahal
keadaan sudah chaos banget. “Ayo, nyalakan mobilnya, arahkan setirnya ke kiri.”
Diiringi
suara klakson motor dan mobil yang mulai menumpuk di seberang jalan, gue
kembali masuk ke jalur gue dan berusaha kembali fokus menyetir. Sambil zikiran.
Hingga akhirnya kembali ke LPK dengan selamat.
*sujud syukur*
*****
Nyetir
mobil itu susah-susah gampang. Tapi gue yakin, makin banyak jam terbang, makin
tau harus bagaimana bersikap. Masalah yang ditemui di jalan pun berbeda-beda.
Ada pemotor yang tau-tau nyalip dari kiri, padahal kita sudah jalan di kiri.
Ada juga lampu merah pas tanjakan yang sangat menyiksa kaki karena musti injek kopling mulu kalo belum jago pake rem tangan. Ada juga ngeliat mantan lagi boncengan sama
pacar barunya yang membuat rasa ingin melindas mereka muncul secara tiba-tiba. Pokoknya banyak hal yang bikin emosi dan melatih kesabaran di
jalan.
Satu
yang pasti, ketika gue nyetir, gue gak boleh cuma mikirin diri sendiri. Gue
juga musti jaga keselamatan orang lain. Dan sebagai pemula, gue juga musti
percaya dengan instruktur gue. Percaya kalo gue bakal baik-baik aja dan jadi
mahir kalo nurut instruksinya.
Dominic
Toretto, gue tunggu tantangan balapan dari lo.
---
sumber gambar:
http://infotoyota-jogja.blogspot.com/2016/10/kunci-ketinggalan-di-dalam-mobil-ini.html
http://m.inilah.com/news/detail/2186349/wanita-ini-tidak-lulus-tes-nyetir-selama-14-tahun
---
sumber gambar:
http://infotoyota-jogja.blogspot.com/2016/10/kunci-ketinggalan-di-dalam-mobil-ini.html
http://m.inilah.com/news/detail/2186349/wanita-ini-tidak-lulus-tes-nyetir-selama-14-tahun
35 comments
Jam terbang emang berpengaruh banget! Inget belajar motor atau sepeda dulu, kalau belum jatuh mah belum bisa dibilang bisa. Entah itu ajaran dari mana. Wqwq. Terus kalau mobil, biar bisa kudu apa dulu, yak?
ReplyO iya, pesan saya kalau udah jago nyetir, Yog: kalau ada motor pengin nyeberang, atau masuk ke jalan pas lagi di puteran, atau nyalip tolong dikasih aja, ya. Sering banget nemu pengendara mobil yang udah tau motor pengin nyeberang atau lagi berusaha muter, tapi masih ngebut dan nggak nurunin kecepatan sama sekali. Pas nyalip juga gitu, sama dia kayak suka dihalangin jalannya. Pandangan saya akan pengemudi mobil masih agak buruk nih karena pernah diserempet sampai luka-luka. :(
Anjeeerr, ini gue bgt huahahaha.
ReplyPertama kali nginjek gas, langsung ke 40. Bhahaha. Seisi mobil langsung panik. Ayah gue pucet. Dan gue mendadak ngerasa keren. Macho abis.
Btw, bunyi lampu sein buka tuk tuk tuk gitu woi. Yang bener itu tak tok tak tok.
Huh
Lah aku jadi takut ya mau belajar mobil.
ReplyKayaknya ribet banget aduhai gimana dong parno aku :(
HAHAHAhhahahaha cerita ini sebenernya bisa super disingkat, tapi jadi super panjang ya ahhahahaha lucu :D
ReplySalam kenal ya! Hihi
ini ceritanya mau belajar naik mobil sama menyetir, asik dong tapi takut mau nyemplung ke selokan.
ReplyMasih sama kayak komentar di part 1,naik mobil ternyata RIBET BANGET YAK! :(
ReplyBangke bener lah itu yang tiba-tiba wipernya nyala. Kalau gue liat itu, gue bakal ngakak kayaknya. Hujan nggak, nyalain wiper. :D
Kampret, gue juga pernah nyalain wiper, niatnya nyalain lampu sein. Pernah juga nge-gas, tapi hand rem lupa diangkat (kayak jemuran aja). Instrukturnya baik, emang harus gitu sih, kalo nggak ya nggak ada yg betah ikut kursus. Untung gak dapet yg kayak nyonya Puff atau yg jendral itu ya..
ReplyPas belajar mobil emang salah satu momen paling tragis bagi cowok sih. Kemachoan dipertaruhkan. Gue makanya kalo belajar pasti ngumpet2. Muahahha. Masalahnya sekarang, udah agak lupa karena gak punya mobil. :(
ReplyBiar bisa, kudu nonton fake taxi yog. Agar supaya.
ReplyBANG ULAN SUDAH TERKONTAMINASI FAKE TAXI TERLALU DALAM.
ReplyIni si Om Dominic Toretto disebut-sebut mulu di postingan. Dia udah kayak gebetan aja terus kamu lagi kasmaran sama dia terus kamu selalu nyebut namanya. Huahahahahahahahaha.
ReplyHeh itu tolong ya. Jangan segampang itu menilai muka om-om. Ternyata omnya nggak sesangar yang kamu pikir, kan...
Btw tulisan ini ada manfaatnya juga. Aku jadi tau manfaat batangan yang ada di dalam mobil. Semoga batangan itu nggak kamu pergunakan untuk mentusbol dirimu sendiri di kala om instrukturnya sedang lengah. Aamiin.
Ngakak tergelitik pas baca "mau nyalain sein, eh yanh nyala malah wiper"...
ReplyTinggikan jam terbang dulu, bang. Sembari menunggu Toretto biar kelar syuting fast farious dulu. Hahaha
Asli, deg-degan banget dahh bacanyaa.. ikut deg2an karna si omnya soswit bgt... Wahaha. Gak deng.
ReplyOke sip! Berkat ini saya jadi tau beberapa fungsi batangan di mobil. Terimakasih.
kok baca ini, jantung ami berdegup kencang ya? =))
ReplyWkwkwk. Gaya-gayaan nantangin Dom. Lah dia pakek Ferarri. Kita mah Toyota :(
Replyege bat disuruh nyalain lampu sen malah nyalain wiper hahahahshsh pasti awkward banget itu dah x)))
Replyhm aku juga rada susah ngira-ngira badan mobil segede apa, jadi aja kadang terlalu kanan atau kiri. kalo motor kan bisa dikira-kira ukuran badannya yah.
terus juga kalo berenti di lampu merah jaraknya kadang terlalu deket sama mobil di depannya, lupa kalo mobil ada moncongnya. hadeh.
daripada balapan yang pasti kalah yog. mending main beyblade ada kemungkinan menangnya lu. saran aja sih ini mah.
ReplyFaxe taxi versi om-om
Replykalo buat pemula emang susah banget nyeimbangin gas-kopling sih :'))
Reply*skip komentar yang menjurus agar supaya blog ini tidak dianggap blog sarang maksiat kayak ichakhai dot com*
sebuah saran yang cukup bangkai...
Replywkwkkw iya awakward banget waktu itu :'))
Replydan benar sekaleee, ngira-ngira badan mobil rada sulit, soalnya duduk di salah satu sisi, gak di tengah2 kayak motor wkwkwk
nanti dom gue suruh naik karimun.
Reply:')))
ReplyAlhamdulillah kalo tulisan ini dapat memberikan ilmu pengetahuan wkwkwk
Reply:'))
ReplyToretto tuh yang nyuruh lo komen gitu? Fix, dia takut tuh sampe pake alasan begitu.
YA MASA GUE MAU NYEBUT VALENTINO ROSSI?!
Reply(((tulisan ini ada manfaatnya)))
(((mentusbol diri)))
....
ReplyGUE HARUS TERUS LATIHAN BIAR TIDAK LUPA.
Awalnya gue ngira si om ini bakal kejam kayak jendral itu :))
Replywajar kalau pemula sepertiku salah pilih batangan untuk menyalakan lampu sein.
Reply???
Replygapapa, lumayan buat buang buang waktu :p
Replysalam kenal! \o/
malah jadi takut :'))))
Reply(((langsung 40)))
Replymacho abis gundulmu!
hmmmm... kayaknya yang bener itu "pak pok pak pok" deh?
sudah dijawab dik ulan.
Replybiasanya emang mobil bakal ngalah sih. tapi pemotor juga kadang terlalu menyalahkan pemobil kalo ada kecelakaan, padahal kadang salah mereka sendiri misalnya aja asal salip dari kiri. sama sama saling ngerti aja di jalan raya biar tidak kenapa kenapa \o/
HEH!!!! CANGKEMMU WAGU!!!!!
ReplyPost a Comment
Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca postingan gue. Gak perlu ninggalin link blog untuk dapet feedback, karena dari komentar kalian pasti dapet feedback yang sepadan kok.
Terima kasih!